Perbatasan Ukraina Panas Lagi, Wall Street Dibuka Berguguran

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 February 2022 21:44
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (17/2/2022) di tengah sikap investor yang memantau perkembangan Rusia dan rilis kinerja emiten.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 245 poin (-0,7%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 10 menit menjadi minus 258,8 poin (-0,74%) ke 34.675,47. S&P 500 turun 30,23 poin (-0,68%) ke 4.444,78 dan Nasdaq merosot 109,32 poin (-0,77%) ke 14.014,77.

Utusan AS untuk Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mengklaim ada ancaman dalam jangka pendek bahwa Rusia sedang menyiapkan invasi mendadak ke Ukraina. Namun, pemerintah AS memiliki rekam jejak buruk terkait kesaksian di forum PBB, seperti yang terjadi pada tuduhan senjata pemusnah masal di Irak yang ternyata hanya kebohongan belaka.

Di sisi lain, Rusia mengklaim memerlukan waktu untuk menarik mundur seluruh pasukannya dari perbatasan Ukraina. Sementara itu, Ukraina menuduh kelompok separatis pro-Rusia menyerang sebuah desa di perbatasan.

Dari AS, Departemen Tenaga Kerja merilis klaim tunjangan pengangguran pekan lalu yang berada di angka 248.000, atau sedikit lebih buruk dari ekspektasi pasar dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 218.000.

Kabar korporasi juga menjadi perhatian, di mana Walmart dan Cisco System merilis kinerja kuartal IV-2021 yang melampaui ekspektasi, sehingga saham keduanya melesat masing-masing sebesar 1% dan 3%.

Pasar tak terlalu memperhatikan rilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang pada bulan lalu merekam rencana kenaikan suku bunga acuan secara lebih agresif, sesuatu yang sudah diekspektasikan oleh pasar.

"Menurut saya ia tak banyak memberikan hal yang baru bagi kita," tutur Michael Schumacher, Direktur Suku Bunga di Wells Fargo, seperti dikutip CNBC.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular