IHSG Berakhir di Zona Merah di Tengah Tren Positif Bursa Asia

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 February 2022 15:17
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkapar di teritori negatif di penutupan perdagangan Kamis (17/2/2022), memupuskan ekspektasi berlanjutnya reli di tengah pertanyaan seputar perkembangan konflik di Ukraina.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG tertekan 15,08 poin (-0,22%) menjadi 6.835,117. Mayoritas saham terkoreksi yakni sebanyak 326 unit, sementara 201 lain menguat, dan 155 sisanya flat.

Nilai perdagangan surut ke angka Rp 11 triliunan dengan melibatkan 27 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 jutaan kali. Investor asing masih mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 356,8 miliar.

Nilai transaksi terbesar dibukukan PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 633,8 miliar disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 517 8 miliar. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 400 miliar.

Saham yang diburu asing terutama ARTO dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 633,9 miliar dan Rp 163,3 miliar. Keduanya bergerak berlawanan, dengan reli ARTO sebesar 0,83% ke Rp 15.200 dan koreksi BBRI sebesar 0,63% menjadi Rp 7.900/saham.

Sebaliknya, saham yang dilego terutama adalah BBRI dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 68,5 miliar dan Rp 27,2 miliar. Keduanya turun masing-masing sebesar 0,45% ke Rp 4.400 dan 5,88% menjadi Rp 80/unit.

IHSG pun menjadi salah satu indeks bursa yang terkoreksi di tengah tren penguatan bursa Asia. Indeks Nikkei Jepang dan KLCI Malaysia juga terkoreksi masing-masing sebesar 0,83% dan 0,04%. Indeks KOSPI Korea Selatan memimpin dengan reli sebesar 0,53%, diikuti Strait Times Singapura yang mengut 0,35%.

Koreksi terjadi di tengah masih belum adanya kepastian mengenai akhir ketegangan Rusia. Duta Besar Rusia Untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva kepada CNBC Indonesia menyebutkan tidak ada persoalan yang mengarah pada perang Rusia versus Ukraina. Ketegangan terjadi karena isu yang dihembuskan Amerika Serikat (AS), dan para aliansinya.

Namun AS masih melanjutkan narasi keras dengan menilai klaim Moskow cuma pepesan kosong. Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menuding Presiden Rusia Vladimir Putin menggerakkan lebih banyak pasukan ke perbatasan Ukraina dan tidak ada yang ditarik mundur.

Di sisi lain, pejabat bank sentral AS diketahui siap menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif, kira-kira setiap enam minggu-sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sejak 2006. Hal ini bisa memicu serangkaian kenaikan suku bunga acuan pada Maret, Mei dan Juni.

Imbasnya, obligasi pemerintah AS akan membagikan imbal hasil lebih tinggi dari instrumen serupa di Indonesia, yang bisa memicu pelarian modal dari negara berkembang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular