RI Mau Beli Jet Tempur Rp 300 Triliun, Current Account Aman?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 14/02/2022 17:25 WIB
Foto: Dassault Rafale (AP/Tsafrir Abayov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia memastikan mendatangkan pesawat tempur Rafale buatan Prancis. Hal ini diungkapkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada pekan lalu.

Pada Kamis (10/2) Indonesia dan Prancis secara resmi menyepakati aktivasi kontrak pembelian enam dari total 42 jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation. Kesepakatan itu merupakan satu dari empat kesepakatan yang diteken dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly.

Nilai kontrak pembelian 42 unit pesawat Rafale itu disebut-sebut US$ 8,1 miliar atau sekitar Rp 116 triliun (kurs Rp 14.350/US$).


Tidak hanya itu, Amerika Serikat (AS) berencana mengundang Indonesia untuk membeli jet tempur F-15WX. Kementerian Luar Negeri AS melalui keterangan tertulis mengizinkan penjualan jet F-15EX kepada Indonesia. Potensi penjualannya mencapai 36 unit.

Total penjualan itu ditaksir bernilai US$ 9,5 miliar ditambah dengan peralatan lainnya senilai US$ 4,4 miliar. Jadi totalnya sekitar US$ 14 miliar atau sekitar Rp 200 triliun.
Sehingga, jika ditambahkan dengan pembelian 42 Rafale, totalnya mencapai Rp 316 triliun.

Jika pembelian ini dilakukan tahun ini tentunya akan berdampak signifikan ke transaksi berjalan Indonesia (current account), sebab nilai impor akan membengkak.

Hingga Desember 2021 lalu, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus dalam 20 bulan beruntun. Hal ini menjadi pemicu utama surplus transaksi berjalan senilai US$ 4,5 miliar atau 1,5% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal III-2021.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2021 nilai impor Indonesia mencapai US$ 196,2 miliar, dengan ekspor sebesar US$ 231,54 miliar. Artinya ada surplus sebesar US$ 35,34 miliar pada tahun lalu.

Di tahun ini, surplus neraca dagang diperkirakan akan menurun. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede melihat ada 2 faktor yang akan mempengaruhi neraca dagang RI di 2022, yakni terkait nilai tukar Dolar AS dan kinerja ekonomi China hingga perkembangan Covid-19.

Josua mengatakan dolar AS yang berpotensi menguat di tahun ini akan membatasi kenaikan harga komoditas. Sementara surplus yang dicatat pada tahun lalu sebagian besar akibat tingginya harga komoditas.

"Kalau kita lihat historical-nya dolar AS berbanding biasanya berhubungan terbalik dengan komoditas, tentunya akan membatasi tren harga komoditas global ke depannya," kata Josua kepada CNBC Indonesia pertengahan Januari lalu.

Penurunan surplus perdagangan tersebut diprediksi akan membuat transaksi berjalan kembali defisit sekitar 0,7% hingga 0,8% dari PDB.

"Dari sisi current account masih di bawah normal, tahun ini kita perkirakan defisit 0,7% sampai 0,8% dari PDB, artinya masih di bawah normalnya biasanya di kisaran 2% hingga 3% dari PDB," tambah Josua.

Seandaianya pembelian pesawat tempur senilai lebih dari Rp 300 triliun tersebut dilakukan di tahun ini, defisit tersebut tentunya bisa melebar lagi.

Transaksi berjalan yang kembali defisit akan memberikan tekanan bagi rupiah. Semakin besar defisit tekanan juga bisa semakin kuat. Namun, pembelian pesawat tersebut tidak dilakukan sepenuhnya di tahun ini, sehingga tidak akan membebani current account dengan signifikan.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak menyebutkan 6 pesawat tempur Rafale yang sudah diteken kesepakatannya kini tahap selanjutnya adalah pembayaran uang muka yang akan dilakukan Kementerian Keuangan.

Dahnil menyebut, nilai kontrak untuk pembelian 6 jet tempur tersebut sekitar US$ 1,1 miliar atau sekitar US$ 15,7 triliun.

Jika semua berjalan sesuai rencana, maka 6 jet tempur tersebut diperkirakan akan tiba di Indonesia dalam 56 bulan ke depan. Sementara untuk 36 jet tempur lainnya akan dilakukan secara bertahap.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS