
Laba Turun Nyaris 20%, Saham Unilever (UNVR) Masih Menarik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham konsumer PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) ditutup turun 1,28% ke level Rp 3.850 per lembar pada perdagangan hari ini, Senin (14/2/2022).
Saham UNVR melanjutkan pelemahan sejak Jumat (11/2), seiring investor merespon negatif atas anjloknya kinerja keuangan perseroan selama 2021 yang dirilis Kamis (10/2).
Selama sepekan, saham UNVR sudah turun 3,75% dan sejak awal tahun (year-to-date/ytd) sudah melemah 6,33%.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba sebesar Rp 5,76 triliun pada 2021, turun 19,6% dibandingkan dengan Rp 7,16 triliun pada 2020.
Penurunan laba disebabkan turunnya penjualan. Perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp 39,5 triliun pada 2021, turun 7,97% dari Rp 42,97 triliun pada 2020.
Perseroan mencatat pertumbuhan penjualan domestik melambat sebesar 8% pada tahun 2021. Adapun kategori Foods & Refreshment menjadi penopang utama pertumbuhan dengan membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 1,4% di tahun 2021.
Berdasarkan riset BRI Danareksa Sekuritas, dari total penjualan Rp 39,5 triliun pada 2021, 96%-nya berasal dari penjualan domestik dan sisanya dari ekspor.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rating HOLD untuk saham UNVR dengan target price Rp 4.300, berkaca dari mengecilnya laba perseroan di tengah lingkungan yang semakin menantang.
"Perolehan laba pada 2021 tersebut 95% dari full-year forecast kami dan 96% dari perkiraan konsensus, sebenarnya masih in line," tulis analis Natalia Sutanto dalam riset yang dikutip Senin (14/2/2022).
Natalia menjelaskan, bagi Unilever, marketplace dan e-commerce akan menguntungkan perusahaan dan memperluas cakupan distribusi terutama untuk GT (general trade).
"Namun, dengan persaingan ketat di segmen Home and Personal Care (67% dari total pendapatan), sulit untuk melihat pertumbuhan yang kuat ke depan," tutur Natalia.
Apalagi, perusahaan telah menyatakan bahwa pandemi Covid-19 di 2021 yang mengarah ke pembatasan sosial memukul daya beli konsumen, terutama untuk segmen pasar yang dibidik oleh Unilever.
Sebelumnya, Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk mengatakan bahwa gelombang kasus Covid-19 pasca libur tahun baru dan Idul Fitri, serta munculnya varian Delta mengakibatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia di beberapa bulan di tahun 2021, telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana Unilever Indonesia beroperasi.
Selain itu, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya crude-oil, palm-oil juga mengalami lonjakan harga yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2020.
"Lonjakan harga bahan baku, penurunan daya beli konsumen akan produk kami, dan waktu transisi untuk kembali ke daya beli sebelum pandemi hanyalah sebagian dari berbagai tantangan yang muncul di tahun 2021," ujar Ira.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendapatan Unilever (UNVR) Naik 4% Jadi Rp 41 T di 2022
