
Saat Harry Tanoe Ikut-ikutan Masuk Bisnis Batubara

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha dan pemilik MNC Grup, Hary Tanoesoedibjo, mengubah haluan bisnis salah entitas perusahaannya, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) dari sebelumnya di bisnis pengangkutan udara niaga menjadi bisnis pertambangan batu bara.
Perubahan bisnis utamanya ini disetujui berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang menyetujui perubahan nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.
Rapat itu juga menyetujui pengalihan aset transportasi udara kepada salah satu anak usaha IATA yang dimiliki 99,99% yakni PT Indonesia Air Transport (IAT). Perseroan juga telah mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk mengambilalih 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).
Setelah transaksi, struktur perusahaan MNC Energy Investment berubah menjadi 4 entitas perusahaan dari sebelumnya hanya 2 entitas. PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) menjadi perusahaan induk dari empat perusahaan yang terafiliasi, antara lain, PT Indonesia Air Transport (99,99%), PT Global Maintenance Facility (86,94%), PT MNC Infrastruktur Utama (99,99%), dan PT Bhakti Coal Resources (99,33%).
Dalam penjelasannya, manajemen IATA menyampaikan, perubahan haluan bisnis itu dilakukan untuk memitigasi kerugian akibat pandemi Covid-19.
IATA mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 7,2 juta di bulan September 2021, naik 15% dibanding US$ 6,3 juta pada bulan September 2020. Akan tetapi, kenaikan tersebut diikuti dengan kenaikan berbagai beban usaha yang menghasilkan rugi bersih sebesar USD 4,7 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2021, naik 118% dibanding rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumya sebesar USD 2,1 juta.
"Mengingat industri penerbangan masih belum pulih, IATA meyakini ekspansi di bidang usaha baru menjadi solusi untuk memperbaiki nilai perusahaan," urai manajemen, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (11/2/2022).
Selain itu, perusahaan juga memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batubara yang berkelanjutan dan permintaannya yang terus meningkat, IATA mengambil langkah strategis dengan merambah ke sektor energi, khususnya tambang batubara.
Sepanjang tahun 2021, harga mineral ini melesat tinggi hingga menyentuh harga tertinggi sepanjang masa. Lonjakan dipengaruhi berbagai aspek, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi yang disebabkan oleh pembukaan kembali ekonomi pasca pandemi.
Berbagai komplikasi tambahan seperti gangguan pasokan dan konfik antar negara, ditambah dengan permintaan yang untuk menyambut musim dingin serta banjir di provinsi Shanxi, pusat penambangan batu bara terbesar di China.
"Tahun 2022, harga batubara diprediksi akan terus melejit dampak permintaan yang tinggi dan pasokan yang terus menyusut. Kenaikan ini tentunya turut mendongkrak harga batubara nasional," tulis IATA.
Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), Indonesia mengekspor sebanyak 455 juta ton batubara ke seluruh dunia pada 2019, dan bergerak menjadi 400 juta ton pada 2020 imbas pandemi Covid-19. Posisi tersebut menunjukkan Indonesia sebagai negara eksportir batubara yang mendominasi di pasar global. Sedangkan China menempati posisi teratas negara importir batubara di dunia.
Atas perubahan bisnis itu, saham perusahaan dengan kode saham IATA ini mendapat radar pengawasan dari otoritas bursa.
Radar BEI dinyalakan menyusul telah terjadi peningkatan harga saham tersebut yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA). Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham IATA sempat melesat 21,65% pada perdagangan intraday sesi pertama pada Kamis kemarin, tetapi selanjutnya melambat, yang mana pada pukul 10.05 WIB harganya tercatat naik 10,83% ke level Rp 174/saham.
Sebelumnya, selama dua hari beruntun saham IATA tercatat menyentuh batas auto rejection atas (ARA), dan sampai perdagangan pagi ini sudah lima hari beruntun saham ini berada di zona hijau. Alhasil dalam sepekan saham ini telah meroket hingga 140%.
(sys)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IATA Akuisisi Tambang Batu Bara Hary Tanoe Rp 1,99 T
