Sudah Melesat 2,5%, Kurs Dolar Australia Akhirnya Turun Juga
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang merubah sikapnya terkait kenaikan suku bunga membuat kurs dolar Australia terus menanjak melawan rupiah sejak pekan lalu. Penguatannya memang tak mulus, beberapa kali masih sempat turun termasuk pada perdagangan hari ini, Kamis (10/2).
Pada pukul 11:00 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.282/AU$, melemah 0,21% di pasar spot melansir data Refinitiv. Sejak pekan lalu hingga Rabu kemarin, dolar Australia sudah melesat lebih dari 2,5%, sehingga wajar mengalami penurunan akibat aksi ambil untung (profit taking).
Gubernur RBA, Philip Lowe, sebelumnya selalu menegaskan suku bunga tidak akan naik setidaknya hingga akhir 2023, sampai inflasi mencapai target. Tetapi nyatanya inflasi justru sudah mencapai target RBA di kuartal IV-2021 lalu.
Pada Selasa (25/1) Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kenaikan tajam harga perumahan serta bahan bakar minyak dikatakan menjadi pemicu utama kenaikan inflasi di tiga bulan terakhir tahun lalu.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
"Meski beberapa faktor yang membuat inflasi naik masih bersifat sementara, tetapi kami memperkirakan RBA akan lebih hawkish saat pengumuman kebijakan moneter pekan depan," kata Sean Langcake, ekonom senior di BIS Oxford Economics, sebagaimana dilansir The West, Selasa (25/1).
"Kenaikan suku bunga sebanyak satu kali di 2022 mungkin akan terjadi melihat data inflasi saat ini," tambahnya.
Benar saja, saat pengumuman kebijakan moneter Selasa pekan lalu, RBA membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini. Perubahan sikap yang drastis tersebut membuat dolar Australia terus menanjak.
RBA kini akan sama dengan Bank Indonesia (BI) yang berpeluang menaikkan suku bunga di akhir 2022. BI sendiri akan mengumumkan kebijakan moneter hari ini dan diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya.
Meski demikian, pelaku pasar akan melihat sinyal kapan BI akan menaikkan suku bunga. Sebab, inflasi di dalam negeri kini sudah ke atas 2%, dan bank sentral AS (The Fed) yang akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)