Disokong Paman Sam, Bursa Asia Berakhir Ceria

Putra, CNBC Indonesia
09 February 2022 16:05
Men are seen near the new Beijing Stock Exchange building at the Financial Street, in Beijing, China, November 15, 2021. REUTERS/Tingshu Wang
Foto: REUTERS/TINGSHU WANG

Jakarta, CNBC Indonesia- Bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Rabu (9/2/2022), di mana saham Hong Kong memimpin kenaikan regional.

Hang Seng Hong Kong menguat 2,06%, di tengah saham emiten teknologi China kembali menguat dari penurunannya kemarin. Saham Alibaba melonjak 6,17%, Tencent naik 1%. Saham di dataran China diperdagangkan di zona positif, di mana indeks Shanghai Composite China naik 0,79%.

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 1,08%, sementara indeks Topix naik 0,94%. Saham SoftBank Group terapreasiasi sekitar 0,30%, setelah perusahaan konglomerat Jepang itu mengumumkan akan mengambil alih Arm Ltd karena transaksi penjualan dengan Nvidia gagal. KOSPI Korea Selatan naik 0,81% dan Straits Times Singapura menguat 0,40%.

Cenderung menguatnya bursa Asia pada hari ini terjadi di tengah terapreasiasinya bursa saham AS pada perdagangan Selasa kemarin.Indeks S&P 500 ditutup menguat 0,84% ke level 4.521,54 dan Nasdaq Composite terapreasiasi 1,28% ke posisi 14.194,46. Sedangkan indeks Dow Jones ditutup naik 1,06% ke level 35.462,78. Dow Futures juga terpantau naik 0,31%.

Musim rilis laporan memicu pergerakan saham di Wall Street kemarin. Saham Harley-Davidson melonjak 15% setelah merilis kinerja keuangan yang baik. Amgen dan Chegg naik 7,8% dan 16% setelah rilis neraca keuangan. Saham American Express menguat 3,3% dan JPMorgan terapreasiasi 1,9% mendorong indeks Dow Jow naik.

Hingga kemarin, sebanyak 300 konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan dan 77% merilis kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi dan 75% laba bersihnya berada di atas prediksi, jika mengacu ke FacSet.

Investor masih menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan rilis pada Kamis (10/2/2022) untuk memberikan sinyal bagaimana bank sentral AS akan bereaksi terhadap kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik menjadi 1,97%, menjadi level tertinggi sejak November 2019.

"Sangat beralasan sekali jika memprediksikan investor akan menahan sahamnya sebelum Consumer Price Index (CPI) rilis pada kamis, yang akan mendorong pasar untuk beradaptasi dengan kenaikan yields jangka panjang," tutur Strategi Perencanaan di Edward Jones Angelo Kourkafas dikutip dariCNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular