Rupiah Menguat Lagi, Gegara Aksi Wait and See!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 February 2022 09:10
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (9/2) setelah menguat tipis kemarin. Banyak sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan ini, baik dari internal maupun eksternal. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,17% ke Rp 14.365/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas menjadi 0,14% di Rp 14.370/US$ pada pukul 9:07 WIB. 

Selasa kemarin rupiah sukses mencatat penguatan meski banyak sentimen negatif dari dalam negeri. Rupiah bahkan tidak pernah masuk ke zona merah, meski Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diketatkan, dan Bank Indonesia (BI) melaporkan penurunan cadangan devisa.

PPKM yang lebih ketat tentunya membuat laju perekonomian kembali terhambat, sementara penurunan cadangan devisa artinya amunisi BI untuk menghadapi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) juga berkurang. Seperti diketahui, bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga di bulan Maret, dan bisa memicu tekanan bagi rupiah.

Cadangan devisa per akhir Januari 2022 dilaporkan sebesar US$ 141,3 miliar. Turun US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya.

Guna menstabilkan rupiah ketika mengalami gejolak, BI bisa menggunakan cadangan devisa untuk melakukan intervensi di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi.

Selain itu, pelaku pasar saat ini menanti pengumuman kebijakan moneter BI Kamis besok yang akan membuat rupiah kemungkinan belum akan menguat tajam. 

Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2022 pada 9-10 Februari 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada yang berbeda pendapat.

Jika terwujud, maka suku bunga acuan akan genap setahun berada di 3,5%, tidak pernah berubah. Sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menyerang Tanah Air, BI sudah memotong suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bps).

Meski demikian, pelaku pasar akan melihat sinyal kapan BI akan menaikkan suku bunga. Sebab, inflasi di dalam negeri kini sudah ke atas 2%, dan bank sentral AS (The Fed) yang akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini.

Dari eksternal pelaku pasar juga menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat Kamis besok, yang bisa memberikan gambaran lebih jelas seberapa besar The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Maret. Sebelum rilis data inflasi tersebut, dolar AS menjadi kurang bertenaga yang membuat rupiah mampu menguat di awal perdagangan hari ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular