Ditopang KPR Subsidi, BTN Incar Laba Tumbuh 11% Pada 2022

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 February 2022 13:20
Dirut BTN Haru Koesmahargyo/ Dok. BTN
Foto: Dirut BTN Haru Koesmahargyo/ Dok. BTN

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank BUMN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), pada tahun ini menargetkan pertumbuhan laba bersih di kisaran 9% sampai dengan 11%.

Direktur Utama BTN, Haru Koesmahargyo mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut, perseroan akan menurunkan biaya bunga, menjaga kualitas kredit, menurunkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dan mengakselerasi transformasi bisnis perseroan.

"Kita memang berangkat dari perjalanan mentransformasi BTN, ini menjadikan fondasi untuk tumbuh. Transformasi itu penguatan dari sisi proses, SDM, teknologi informasi. 2022, kita akan melaksanakan target-target yang dituangkan dalam RBB [Rencana Bisnis Bank] dengan hasil transformasi tersebut," kata Haru, dalam konferensi pers, Selasa (8/2/2022).

Sepanjang tahun 2021, bank bersandi BBTN ini tercatat membukukan kenaikan laba bersih sebesar 48,3% menjadi Rp 2,37 triliun dibandingkan dengan tahun 2020 yang sebesar Rp 1,6 triliun.

Kenaikan laba bersih Bank BTN ini ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh 5,66%, dari Rp 260,11 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 274,83 triliun pada tahun 2021 (year-on-year/yoy).

Pertumbuhan kredit tersebut disertai dengan penurunan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank BTN yang tercatat sebesar 3,70% pada tahun 2021, berkurang jauh dari tahun 2020 di kisaran 4,37%. Adapun NPL Nett juga membaik dari 2,06% tahun 2020 menjadi 1,20% tahun 2021.

Haru menjelaskan, pertumbuhan kredit Bank BTN mengkonfirmasi bahwa sektor perumahan terbukti cukup tangguh dalam melewati masa krisis ekonomi akibat pandemi.

Pembiayaan pemilikan rumah tetap mengalir sekalipun daya beli konsumen relatif turun. Ini terbukti dari penyaluran kredit perseroan tahun 2021 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020 dan berada di atas rata-rata kredit industri perbankan pada kisaran 5,24%.

"Berbagai insentif yang diberikan Pemerintah berhasil menjaga daya beli konsumen sehingga permintaan kredit rumah tetap meningkat. Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih, dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR dapat meningkat lebih tinggi lagi," bebernya.

Untuk diketahui, pada periode 2019-2020, saat perekonomian nasional terhimpit krisis dan penyaluran kredit industri perbankan mengalami kontraksi 2,5%, BTN merupakan satu dari sedikit bank yang berhasil membukukan pertumbuhan kredit. Kini, ekonomi berangsur pulih, dan sektor properti menjadi lokomotif pertumbuhan.

Menurutnya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit Bank BTN dengan kenaikan sebesar 8,25% yoy menjadi Rp 130,68 triliun pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar Rp 120,72 triliun.

Adapun, KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 4,14% yoy menjadi Rp 83,25 triliun pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar Rp 79,93 triliun.

Kenaikan penyaluran KPR Subsidi tersebut membuat Bank BTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sekitar 90%. Sementara KPR secara nasional, Bank BTN menguasai pangsa pasar sekitar 40%.

"Pertumbuhan kredit [di 2022] akan memiliki NPL lebih baik, kita akan mengeluarkan biaya risiko kredit lebih sedikit dan akan meningkatkan laba di 2022," imbuhnya.

Pertumbuhan penyaluran kredit, lanjut Haru, juga berdampak pada pendapatan bunga (Net Interest Income/NII) yang tumbuh sebesar 44,7% dari Rp 9,10 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 13,20 triliun di tahun 2021. Kenaikan NII ini menghasilkan Net Interest Margin (NIM) ke level 3,99% pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020 yang baru sekitar 3,06%.

Haru memaparkan, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank BTN sepanjang tahun 2021 mencapai Rp 295,98 triliun, naik 6,03% dibandingkan dengan perolehan di tahun 2020 yang sebesar Rp 279,14 triliun. Dari jumlah DPK tersebut komposisi dana murah mengalami kenaikan 319 bps dari 41,11% menjadi 44,3%.

Kenaikan komposisi dana murah ini membuat cost of fund Bank BTN hingga tahun 2021 mengalami penurunan signifikan sebanyak 166 bps menjadi 3,13% dibandingkan dengan tahun 2020 yang masih 4,79%.

Dari sisi kecukupan likuiditas, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BTN berada pada level 92,86%, membaik dari posisi 2020 di 93,19%. Angka ini lebih baik dari LDR perseroan tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing sebesar 103,49% dan 113,5%.

"LDR tahun 2021 ini merupakan LDR terendah sepanjang lima tahun terakhir," paparnya.

Haru menegaskan, likuiditas Bank BTN yang sangat kuat juga dapat dilihat dari Loan Coverage Ratio (LCR) berada di angka 283,16% terus meningkat dari periode tahun sebelumnya yakni 256,32% (2020), 136,31% (2019) dan 108,99% (2018).

Sementara itu, meski NPL mengalami penurunan, Bank BTN tetap menyiapkan pencadangan dana yang lebih besar. Hal ini terbukti dari Coverage Ratio pada tahun 2021 yang mencapai 141,82% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020 yang sebesar 115,02%.

Dengan kenaikan kredit dan DPK yang cukup signifikan tersebut mendongkrak aset Bank BTN tumbuh sebesar 2,95% dari Rp 361,20 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 371,86 triliun di tahun 2021.


(sys/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Analis: Cermati Gerak Saham BBTN Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular