
Maaf Rupiah, Dolar Singapura Diramal Jadi Raja Asia Tenggara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejutan dari Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) pada bulan Januari lalu membuat dolar Singapura terus menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) serta rupiah. Tidak hanya itu, dolar Singapura juga diprediksi menjadi mata uang terbaik di Asia Tenggara tahun ini.
Pada perdagangan Senin (7/2) pukul 10.26 WIB dolar Singapura menguat tipis kurang dari 0,1% melawan dolar AS ke SG$ 1,3459/US$, dan menguat 0,14% melawan rupiah ke kisaran Rp 10.695/SG$.
Pada Selasa (25/1) MAS mengumumkan "sedikit" menaikkan slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.
Pengetatan tersebut dilakukan pasca rilis data inflasi yang kembali menunjukkan kenaikan. Data dari pemerintah Singapura menunjukkan inflasi di bulan Desember melesat 4% year-on-year (yoy) lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,8% (yoy), dan tertinggi sejak Februari 2013.
Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan biaya akomodasi dan transportasi pribadi melesat 2,1% (yoy), tertinggi sejak Juli 2014. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya 1,6% (yoy) dan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebesar 1,7%.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).
Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan kemiringan (slope) S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara width dan centre masih tetap.
Bloomberg melaporkan, dengan sikap hawkish MAS, dolar Singapura kini menjadi salah satu mata uang yang berpeluang menjadi raja di Asia Tenggara.
MAS diperkirakan akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya di bulan April nanti, sebab pengetatan yang dilakukan bulan lalu tidak besar.
"Kita tidak bisa mengesampingkan langkah yang lebih agresif jika inflasi terus meninggi serta dampak dari kenaikan pajak barang dan jasa," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research, sebagaimana dilansir Bloomberg.
Chua memperkirakan MAS akan menaikkan slope sebesar 50 basis poin. Sementara analis dari Citigroup, Goldman Sachs dan Nomura memprediksi kenaikan sebesar 100 basis poin.
Sementara itu rupiah dikatakan bisa menjadi penantang dolar Singapura, tetapi posisinya lebih rentan akibat risiko terjadinya capital outflow saat bank sentral AS (The Fed) mengetatkan kebijakan moneter.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal
