Setinggi-tingginya Harga Minyak Naik Akhirnya Turun Juga

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 February 2022 07:15
Ilustrasi Pertamax Turbo
Foto: Ilustrasi Pertamax Turbo (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun pada perdagangan pagi ini. Maklum, harga si emas hitam sebelumnya sudah naik tinggi sekali.

Pada Senin (7/2/2022) pukul 06:29 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 92,63/barel. Turun 0,69% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 92/barel. Berkurang 0,81%.

crudeSumber: Refinitiv

Koreksi ini terjadi setelah harga minyak melonjak signifikan. Dalam sepekan terakhir, harga brent dan light sweet masih membukukan kenaikan masing-masing 4,67% dan 5,52% meski pagi ini turun. Dalam sebulan terakhir, harga melesat 15,54% dan 18,25%.

Bahkan minyak menjadi salah satu aset dengan keuntungan terbesar tahun ini. Sejak akhir 2021 (year-to-date), harga brent dan light sweet meroket masing-masing 56,13% dan 61,14%.

Oleh karena itu, pasti akan tiba saatnya investor 'gatal' untuk mencairkan keuntungan. Ketika ini terjadi, kontrak minyak akan terkena tekanan jual sehingga harganya turun.

Halaman Selanjutnya --> Permintaan Tinggi dan Pasokan Seret Lambungkan Harga Minyak

Musim dingin yang cukup ekstrem di Amerika Serikat (AS) mendongrak harga si emas hitam. Gelombang udara dingin sejauh ini telah membuat lebih dari 200.000 juta jiwa kehilangan pasokan listrik. Mereka akan beralih ke genset, yang membutuhkan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Ada histeria, ada ketakutan. Ini membuat harga minyak terangkat," ujar Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, pelaku pasar juga terus memantau ketegangan di perbatasan Ukraina yang melibatkan Rusia. Apalagi kini AS dan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mulai menunjukkan sikap yang mengarah ke agresif.

Presiden AS Joseph 'Joe' Biden akhirnya menggerakkan 'bidak catur'. Biden memerintahkan hampir 3.000 pasukan Negeri Adidaya ke Eropa Timur dalam upaya menggertak Rusia.

"Selama Presiden Putin (Vladimir Putin, Presiden Rusia) bersikap agresif, kami memastikan bahwa sekutu kami di NATO ada di sana," tegas Biden, seperti diwartakan dari Reuters.

Jika ketegangan ini sampai menyebabkan konfrontasi bersenjata alias perang (amit-amit jabang bayi), maka harga minyak bakal terpengaruh. Sebab Rusia adalah salah satu produsen dan ekspotir minyak utama dunia. Perang tentu akan menghambat produksi dan distribusi minyak Negeri Beruang Merah.

"Tensi yang meningkat di Ukraina adalah sesuatu yang kuat. Dengan meningkatnya permintaan, hal ini bisa membuat pasokan tidak bisa memenuhinya," kata Gary Cunningham, Director of Market Research di Tradition Energy, sebagaimana diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular