Pasar Optimistis, Harga Mayoritas SBN Kembali Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 February 2022 04:15
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Jumat (4/2/2022) akhir pekan ini, di tengah optimisme pasar di kawasan Asia dan dalam negeri.

Mayoritas investor kembali melepas obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) dan pelemahan harga. Hanya SBN bertenor 15 tahun, 20 tahun, dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 15 tahun turun 1 basis poin (bp) ke level 6,383%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun turun 0,5 bp ke level 6,929%, dan yield SBN berjangka waktu 25 tahun melemah 0,4 bp ke level 7,269%

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 1 bp ke level 6,453%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Meski kabar dari kenaikan kasus infeksi virus corona (Covid-19) masih menjadi sentimen utama di dalam negeri, tetapi investor cenderung mengabaikan sentimen tersebut dan tetap optimis, terlihat dari cerahnya pasar saham RI.

Lonjakan kasus infeksi Covid terus meningkat drastis dalam sepekan dalam sepekan ini, di mana dalam empat hari terakhir kasus corona kembali menembus angka 10.000.

Data terbaru dari pemerintah, per tanggal 3 Februari terdapat penambahan 27.197 kasus positif baru. Provinsi DKI Jakarta melaporkan tambahan tertinggi dengan 10 ribu kasus dalam 24 jam terakhir.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) terpantau cenderung menurun pada pagi hari ini waktu AS, jelang rilis data ketenagakerjaan utama yang dapat memengaruhi sikap bank sentral AS menjadi lebih hawkish.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun cenderung turun 1,2 bp menjadi 1,815%, dari sebelumnya pada penutupan Kamis kemarin di level 1,827%.

Data tingkat pengangguran, upah rata-rata per jam, dan yang paling utama yakni laporan penggajian non-pertanian dijadwalkan akan dirilis pada pukul 08:30 pagi waktu AS atau pukul 20:30 WIB. Para ekonom memperkirakan ada 150.000 pekerjaan akan ditambahkan pada bulan lalu.

Menjelang rilis data NFP, investor masih mencerna data klaim pengangguran mingguan yang hasilnya lebih rendah dari yang diharapkan karena sebagian besar perusahaan di AS berupaya mengatasi dampak Covid-19 varian omicron.

Jumlah klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 29 Januari mencapai 238.000, sedikit lebih rendah dari perkiraan ekonom dalam survei Dow Jones sebesar 245.000.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengindikasikan pada bulan lalu bahwa mereka akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun.

Para pembuat kebijakan The Fed (FOMC) mengatakan kenaikan seperempat poin persentase untuk suku bunga acuan jangka pendek kemungkinan akan datang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular