
Baru Naik Tipis, Investor Kripto Sudah Kabur Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto atawa cryptocurrency berbalik arah ke zona koreksi pada Kamis (3/2/2022) waktu Indonesia, di mana investor cenderung melakukan aksi jual (profit taking) setelah harganya sempat menguat meski tipis.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB, hanya satu koin digital (token) berjenis stablecoin yakni USD Coin yang diperdagangkan di zona hijau pada hari ini.
Sedangkan sisanya diperdagangkan di zona merah. Bitcoin ambles 4,34% ke level harga US$ 36.844,93/koin atau setara dengan Rp 528.724.746/koin (asumsi kurs Rp 14.350/US$), Ethereum merosot 2,83% ke level US$ 2.678,18/koin atau Rp 38.431.883/koin.
Berikutnya Cardano ambrol 5,82% ke US$ 1,02/koin (Rp 14.637/koin), Solana anjlok 9,37% ke US$ 98,82/koin (Rp 1.418.067/koin), dan Terra longsor 10,59% ke US$ 47,4/koin (Rp 680.190/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
![]() |
Bitcoin dan kripto lainnya berbalik arah ke zona merah setelah sempat menguat selama dua hari beruntun. Koreksinya kembali pasar kripto pada hari ini terjadi setelah perilisan kinerja keuangan perusahaan Meta Platforms (sebelumnya Facebook) pada kuartal IV-2021 yang mengecewakan.
Aktivitas pembelian kripto kembali melemah setelah aksi jual masif pada Januari lalu. Beberapa analis pesimis bahwa kripto dapat pulih dalam jangka pendek.
Indikator pasar seperti volume perdagangan dan volatilitas masih rendah, menunjukkan kurangnya keyakinan di antara pembeli dan penjual kripto.
"Volatilitas tujuh hari Bitcoin kini berada di level terendah sejak November 2020," kata Arcane Research, dalam sebuah laporan riset hariannya.
![]() |
Dari teknikalnya, Bitcoin gagal bertahan di kisaran level US$ 38.000, meskipun pembeli jangka pendek dapat tetap aktif di atas level support US$ 35,000.
Bitcoin tetap dalam tren menurun dalam jangka menengah sejak November tahun lalu dan telah berkonsolidasi di antara level US$ 35.000 dan US$ 38.000 selama seminggu terakhir.
![]() |
Koreksi yang kembali menerpa Bitcoin dan kripto lainnya menandakan bahwa investor cenderung mengambil posisi jangka pendek, di mana mereka membeli di harga rendah (buy on dip) lalu kemudian menjualnya ketika sudah mengalami kenaikan sedikit.
Investor juga cenderung beralih ke pasar risiko lainnya seperti saham, di mana pasar saham global utamanya pasar saham Amerika Serikat (AS) mulai kembali pulih dari zona koreksi yang cukup panjang selama Januari lalu.
Pada penutupan perdagangan Rabu kemarin, tiga indeks utama di Wall Street kembali cerah, di mana penguatan Wall Street sudah terjadi selama empat hari beruntun.
Cerahnya Wall Street dibantu oleh kinerja pendapatan dan laba positif dari beberapa perusahaan teknologi besar di AS seperti induk Google Alphabet dan pembuat chip Advanced Micro Devices.
Saham teknologi besar AS telah menjadi pendorong utama rebound-nya Wall Street dalam empat hari terakhir, karena investor memfokuskan kembali perhatian mereka pada musim pendapatan, setelah perusahaan teknologi mega cap terus melaporkan hasil kuartalan yang kuat.
Meski beberapa saham teknologi besar di AS sukses mencatatkan kinerjanya yang positif, tetapi hal tersebut belum membangkitkan kembali pasar kripto, seperti pada November tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Crypto Crash! Bitcoin Cs Babak Belur, Ada Apa Ini?