Bursa Asia Sepi! Tapi Nikkei-ASX 200-IHSG Cerah Bergairah
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (2/2/2022), di mana pada perdagangan hari ini hanya beberapa indeks saham yang dibuka di kawasan tersebut.
Indeks Nikkei Jepang ditutup melonjak 1,68% ke level 27.533,60, ASX 200 Australia melompat 1,17% ke 7.087,70, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 1,15% ke level 6.707,65.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong, Shanghai Composite China, Straits Times Singapura, dan KOSPI Korea Selatan masih ditutup karena sedang libur panjang Imlek.
Darii Australia, Gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), Philip Lowe kembali menekankan dalam pidatonya pada hari ini bahwa RBA dalam kebijakan moneter edisi Januari hanya akan mengakhiri program pembelian obligasinya, tidak diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan.
"Saya menyadari bahwa di sejumlah negara lain, penghentian program pembelian obligasi diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan, tetapi karena tingkat inflasi Australia masih lebih rendah dan pertumbuhan upah yang belum pulih menjadi alasan utama bank sentral belum menaikan suku bunga acuannya," kata Lowe, dikutip dari CNBC International.
Sikap RBA yang masih dovish terjadi di tengah mulai hawkish-nya bank sentral di beberapa negara maju, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Di lain sisi, beberapa bursa Asia-Pasifik yang dibuka pada hari ini mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang kembali positif pada penutupan perdagangan Selasa kemarin waktu setempat.
Ketiga indeks utama di Wall Street pun sudah menguat dalam tiga hari beruntun sejak Jumat pekan lalu. Indeks Dow Jones ditutup melesat 0,78%, S&P 500 menguat 0,68%, dan Nasdaq terapresiasi 0,75%.
Sebelumnya, Wall Street tercatat membukukan kerugian tajam pada Januari lalu yang ditandai oleh perubahan harga yang brutal. Dow Jones ambles 3,3%, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan bulanan terburuk sejak Maret 2020, dengan masing-masing turun 5,3% dan 8,98%.
Aksi jual terjadi ketika The Fed mengisyaratkan kesiapannya untuk memperketat kebijakan moneter, termasuk menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat dekade.
Investor pun berbondong-bondong keluar dari saham teknologi yang berorientasi pada pertumbuhan, di mana saham sektor ini sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga acuan.
Saat ini, fokus investor di AS tertuju pada perilisan kinerja keuangan perusahaan besar di AS pada kuartal IV-2021.
Sejauh ini perusahaan membukukan laporan pendapatan dan laba yang cukup solid, dengan 78,5% dari perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan berhasil mengalahkan ekspektasi bottom-line, menurut FactSet.
Dari data ekonomi Negeri Paman Sam, aktivitas manufaktur terpantau melambat pada bulan lalu. Laporan Institute for Supply Management (ISM) mengungkapkan bahwa Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur AS turun menjadi 57,6, dari sebelumnya pada Desember 2021 di angka 58,8.
Sekadar informasi, PMI dicatat dengan skala 50 poin di mana angka di atas 50 menunjukkan aktivitas berkembang dan di bawah menunjukkan kontraksi.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa melonjaknya kembali virus corona (Covid-19) akibat penyebaran varian Omicron dan hambatan rantai pasokan menjadi pemberat aktivitas manufaktur Negeri Paman Sam pada bulan lalu.
Sebuah laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja mengatakan perekrutan dan jumlah pengunduran diri pekerja melambat pada Desember dari bulan sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)