Transfer Antar Bank Jadi Rp 2.500, Inflasi RI Terkendali

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Rabu, 02/02/2022 11:25 WIB
Foto: Ilustrasi Mobile Banking (Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi 0,56% pada Januari 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Meski secara umum harga barang dan jasa naik, tetapi ada pula yang turun dan menahan inflasi.

"Perkembangan harga secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Dari 90 kota, terdapat 85 kota yang mengalami inflasi," kata Margo dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (2/2/2022).

Komoditas yang dominan menyumbang inflasi, lanjut Margo, adalah daging ayam ras. Andil inflasinya adalah 0,07%. Diikuti oleh ikan segar (0,06%), Bahan Bakar Rumah Tangga (0,06%), beras (0,03%).


Namun, ada pula yang mencatatkan penurunan harga atau biaya. Deflasi di sini menjadi pengerem laju inflasi.

"Kelompok informasi dan jasa keuangan yang menahan inflasi sebesar 0,01%. Salah satunya karena penurunan biaya administrasi transfer uang, memberi andil deflasi 0,01%," ungkap Margo.

Penyebabnya adalah implementasi program BI-Fast. Melalui program ini, biaya transfer antar-bank turun menjadi Rp 2.500/transaksi. Sebanyak 21 bank dan 1 lembaga keuangan non-bank sudah masuk sebagai peserta gelombang (batch) kedua BI-Fast.

"Implementasi BI-FAST oleh peserta kepada nasabahnya akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan strategi dan rencana peserta dalam mempersiapkan kanal pembayaran bagi nasabahnya masing-masing," kata Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Senin (31/1/2022).

Dalam gelombang kedua ini terdapat satu peserta non-bank yang mengimplementasikan BI-FAST yaitu PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sehingga BI Fast akan dapat mendukung digitalisasi transaksi di pasar modal. Selanjutnya, dengan total peserta BI-FAST yang telah mencapai 43 peserta (termasuk peserta BI-Fast gelombang pertama), telah mewakili 81,45% dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bankir Putar Otak Genjot Kredit Saat Daya Beli & Ekonomi Lesu