Ada Tanda-Tanda Pasar Tak Bergejolak, Cek Sentimennya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melewati koreksi pada perdagangan Senin kemarin (31/1/2022), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang memasuki zona hijau pada perdagangan besok menyusul sentimen global yang masih suportif sepanjang Libur Imlek.
Namun, pengumuman Indeks Harga Konsumen (IHK) akan menjadi sentimen kunci yang perlu diperhatikan pasar dan akan sangat mempengaruhi selera mengambil risiko (risk appetite) para investor pada perdagangan besok.
Pada Senin lalu, meski IHSG berakhir melemah sebesar 0,22% atau 14,36 poin ke 6.631,151 sepanjang bulan Januari indeks acuan utama bursa nasional tersebut terhitung menguat, yakni sebesar 0,75% jika dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2021 pada 6.581,482.
Bahkan pada Januari, IHSG berhasil mencetak rekor terbarunya di level 6.726,37 yang tercipta pada 21 Januari. Adapun level tertinggi (all time high/ATH) IHSG sebelumnya berada di level 6.720,26 yang dicetak pada 19 November 2021.
Pada perdagangan besok, pelaku pasar bakal memantau dua agenda ekonomi di dalam negeri yang bakal memengaruhi psikologi mereka, yakni rilis inflasi Januari dan rilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) per Februari.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, inflasi Januari diprediksi berada di angka 0,54% secara bulanan (month-to-month/mtm), mengacu pada median konsensus. Secara tahunan, (year-on-year/yoy) inflasi diperkirakan di angka 2,15%.
Jika terwujud, maka angka inflasi tersebut akan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020. Sementara itu, inflasi inti secara tahunan diproyeksikan di 1,73%. Jika terkonfirmasi, maka inflasi Januari akan menjadi yang tertinggi sejak September 2020.
Inflasi inti mengecualikan harga barang yang volatil sehingga sifatnya menetap (persisten) dan dianggap mencerminkan daya beli masyarakat. Secara umum, harga barang memang sedang menguat mengerek angka inflasi di bulan pertama tahun ini.
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) mencatat indeks harga pangan pada Desember 2021 berada di angka 133,7 atau lebih tinggi 25,1 poin (23,1%) dibandingkan Desember 2020. Sepanjang 2021, rata-rata indeks harga pangan adalah 125,7 atau meningkat 27,6 poin (28,1%) ketimbang 2020.
Kenaikan inflasi di Indonesia akan memberikan dorongan ekstra bank Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan, terutama di tengah tren pengetatan moneter di negara maju yang juga menggencet rupiah.
Meski kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate tersebut bermanfaat untuk menyasar dua target sekaligus (menstabilkan inflasi dan nilai tukar rupiah), dalam jangka menengah kebijakan tersebut bisa menekan pertumbuhan ekonomi.
Data selanjutnya yang akan dipantau adalah PMI manufaktur Indonesia per Januari, yang menurut Tradingeconomics akan membaik menjadi 54, dari bulan sebelumnya 53,5.
Indeks PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, di mana kenaikan di atas itu merepresentasikan ekspansi manufaktur dan di bawah itu dinilai sebagai bentuk kontraksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)