PMI Manufaktur China & India Anjlok, Jepang Makin Ekspansif!

Market - Feri Sandria, CNBC Indonesia
01 February 2022 15:57
Perakitan Mobil Esemka di Boyolali (Biro Pers Sekretariat Presiden) Foto: Perakitan Mobil Esemka di Boyolali (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara dan ekonomi utama dunia telah melaporkan aktivitas manufakturnya selama bulan pertama tahun 2022. Aktivitas tersebut diukur dalam bentuk Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) berdasarkan survei dan data yang dikumpulkan oleh IHS Markit.

Beberapa ekonomi utama dan partner dagang RI telah merilis angka PMI, begitu juga dengan beberapa negara pasar berkembang (emerging market) yang memiliki profil ekonomi mirip dengan RI.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi di atasnya artinya ekspansi.

Kabar kurang bagus pertama datang dari negara partner dagang terbesar RI. Aktivitas manufaktur China tercatat mengalami pelambatan di bulan Januari.

Kontraksi yang terjadi bulan lalu tersebut adalah tingkat paling tajam dalam 23 bulan, menggarisbawahi biaya ekonomi yang sangat besar dari pendekatan nol-COVID (zero covid policy) di China dengan lonjakan kasus dan langkah-langkah pengetatan yang keras membebani output dan permintaan, sebuah survei swasta menunjukkan pada hari Minggu.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit turun menjadi 49,1 pada Januari - level terendah sejak Februari 2020, ketika ekonomi masih menderita dari penguncian COVID-19 di seluruh negara pada masa awal pandemi.

Angka lemah yang tak terduga kemungkinan akan memperkuat ekspektasi pasar bahwa Beijing perlu meluncurkan lebih banyak langkah-langkah dukungan untuk menstabilkan ekonomi yang goyah.

Bank sentral China telah mulai memangkas suku bunga dan memompa lebih banyak uang tunai ke dalam sistem keuangan untuk menurunkan biaya pinjaman, dan langkah-langkah pelonggaran sederhana lebih lanjut diharapkan terlaksana dalam beberapa minggu ke depan.

Rilis tersebut juga memberikan kekhawatiran jika perekonomian China berisiko melambat di tahun ini, yang tentunya akan berdampak ke Indonesia.

Berseberangan dengan China, Jepang melaporkan aktivitas manufaktur tumbuh pada laju tercepat dalam hampir delapan tahun di bulan Januari karena output yang lebih kuat dan pesanan baru, sementara tekanan biaya tetap tinggi karena perusahaan terus menghadapi penundaan rantai pasokan.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur au Jibun Bank Jepang di Januari naik menjadi 55,4 berdasarkan penyesuaian musiman, angka final ini naik dari pembacaan kilat 54,6 dan final angka bulan sebelumnya di 54,3.

Kondisi ini menandai pertumbuhan tercepat sejak Februari 2014 dan ekspansi selama 12 bulan berturut-turut dalam aktivitas manufaktur. Tingkat ekspansi pesanan keseluruhan juga mencapai tingkat tertinggi sejak April tahun lalu.

Harga output di antara produsen, bagaimanapun, masih tumbuh pada kecepatan tertinggi sejak Juli 2008 karena perusahaan terlihat membebankan biaya tambahan kepada pelanggan mereka.

Sementara itu aktivitas manufaktur India mencapai level terendah empat bulan pada Januari di angka 54, turun dari PMI manufaktur pada bulan Desember yang berada di level 55,5.

Laporan tersebut menyatakan bahwa kondisi operasi di seluruh industri manufaktur membaik pada awal tahun, meskipun gelombang baru COVID-19 membatasi pertumbuhan. "Data Januari menunjukkan peningkatan paling lambat dalam pesanan dan output baru dalam empat bulan, tetapi tingkat ekspansi tetap meningkat secara historis. Senada, ada kenaikan substansial, meskipun lebih lemah dalam pembelian input," ungkap IHS Markit.

Kepercayaan bisnis mencapai level terendah dalam 19 bulan karena kekhawatiran seputar pandemi dan kemungkinan pembatasan lebih lanjut. Inflasi biaya input mereda untuk bulan ketiga berturut-turut.

Perusahaan meningkatkan produksi pada Januari, tetapi pertumbuhan "dihambat oleh kelangkaan bahan baku, tekanan inflasi dan intensifikasi pandemi".

Aktivitas manufaktur negara yang berada di ambang invasi ke negara tetangga, Rusia, tercatat mengalami ekspansi pada Januari berkat pesanan baru dan permintaan yang lebih kuat yang mendorong perusahaan untuk meningkatkan perekrutan, di tengah ancaman sanksi ekonomi yang kemungkinan akan datang dari AS

Indeks Manajer Pembelian (PMI) naik menjadi 51,8 di Januari dari 51,6 di bulan sebelumnya.

Terakhir, negara yang ekonominya sedang dalam turbulen akibat inflasi tinggi dan depresiasi dalam yang dialami mata uangnya, Turki, mencatat aktivitas pabrik mengalami ekspansi pada Januari karena perusahaan terus mempekerjakan lebih banyak staf meskipun ada penurunan pesanan dan output baru.

Meskipun mengalami ekspansi, Purchasing Managers' Index (PMI) untuk manufaktur berada di 50,5 di Januari turun dari 52,1 di bulan sebelumnya.

Rilis dalam PMI manufaktur negara ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis malam ini. Mengacu poling Reuters, PMI Manufaktur AS diperkirakan melambat menjadi 57,5 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 58,7.

Sedangkan PMI Manufaktur Indonesia akan dirilis besok, pada tanggal 2 Januari. Bulan Desember PMI Manufaktur Indonesia tercatat 53,5.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Omicron Buat PMI Manufaktur Jepang Turun, Australia Kok Naik?


(fsd/fsd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading