Bursa Asia Bagi-Bagi Angpau, Tapi IHSG Enggak!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
31 January 2022 16:42
pasar saham asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup cerah pada perdagangan Senin (31/1/2022), di tengah melambatnya aktivitas manufaktur China pada Januari tahun 2022.

Indeks Nikkei Jepang ditutup melesat 1,07% ke level 27.001,98, Hang Seng Hong Kong juga melesat 1,07% ke posisi 23.802,26, dan Straits Times Singapura (STI) menguat 0,1% ke 3.249,59.

Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini ditutup melemah 0,22% ke level 6.631,15.

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China dan KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur panjang dalam rangka perayaan Imlek yang jatuh pada esok hari.

Indeks Nikkei ditutup melesat lebih dari 1% pada hari ini, ditopang oleh saham-saham teknologi karena investor merespons positif dari pernyataan Perdana Menteri Jepang yang tidak akan mempertimbangkan untuk mengeluarkan langkah-langkah darurat baru terkait wabah virus corona (Covid-19).

Saham raksasa produsen chip yakni Tokyo Electron melesat 3,32% dan menjadi kenaikan terbesar di Nikkei berdasarkan indeks poinnya dan saham Renesas Electronics Corp. melonjak 5,19%.

Sementara itu di China, pada Minggu kemarin, data aktivitas manufaktur China periode Januari 2022 telah dirilis. Berdasarkan data dari NBS China, aktivitas manufaktur China yang tercermin pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index) bulan Januari 2022 sedikit berkontraksi menjadi 50,1, dari sebelumnya pada Desember 2021 di angka 50,3.

Secara terpisah, survei yang dilakukan oleh majalah bisnis Caixin mencatat PMI Manufaktur China sebesar 49,1 pada bulan Januari 2022, turun 50,9 pada bulan Desember 2021. Ini berarti aktivitas manufaktur China masuk ke zona kontraksi.

Sekadar informasi, PMI dicatat dengan skala 50 poin di mana angka di atas 50 menunjukkan aktivitas berkembang dan di bawah menunjukkan kontraksi.

Melambatnya aktivitas manufaktur dan Jasa Negeri Panda pada Januari 2022 disebabkan karena melonjaknya kasus virus corona (Covid-19) yang menyebabkan pemerintah setempat kembali memberlakukan pembatasan wilayah (lockdown), sehingga hal tersebut memukul produksi dan permintaan.

Sejatinya, ekonomi China mulai kuat tahun lalu dan bangkit dari kemerosotan tajam yang disebabkan oleh pandemi. Tetapi kini kembali mulai kehilangan momentum di musim panas, terbebani oleh masalah utang di pasar properti dan langkah-langkah darurat yang ketat yang memukul kepercayaan dan pengeluaran konsumen.

Bursa Asia yang cerah pada hari ini mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada Jumat pekan lalu, di mana bursa saham Negeri Paman Sam pada akhirnya berhasil menguat setelah sempat terkoreksi hampir sepekan terakhir.

Indeks Dow Jones ditutup melesat 1,65%, S&P 500 melonjak 2,44%, dan Nasdaq meroket 3,13%.

Positifnya Wall Street pada akhir pekan lalu ditopang oleh oleh kinerja pendapatan dan laba yang kuat dari perusahaan-perusahaan besar di AS.

Beberapa kinerja positif pendapatan dana laba perusahaan besar ikut menjadi penyemangat bagi para investor. Salah satunya yakni saham Apple, di mana pada Jumat pekan lalu, harganya menguat 7%, sehari setelah emiten produsen iPhone tersebut mengumumkan rekor pendapatan dan laba.

Secara umum, pendapatan perusahaan lain tercatat solid. Hampir sepertiga dari perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasil kuartal keempat, dan 78% dari mereka telah mengalahkan perkiraan analis untuk laba per saham, menurut data dari FactSet.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular