Harpitnas Besok Imlek, Rupiah Kurang Gairah
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan pasar hari ini, Senin (31/1/2022). Sentimen apa yang mempengaruhi dinamika mata uang Tanah Air?
Rupiah membuka perdagangan pasar dengan pelemahan 0,03% ke Rp 14.390/US. Pada pukul 11:00 WIB, rupiah kembali terdepresiasi 0,09% menjadi Rp 14.398US$.
Sentimen negatif dari aspek kesehatan masih menjadi perhatian dari dalam negeri. Kemarin Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 12.422 kasus yang menjadi angka tertinggi sejak 27 Agustus 2021. DKI Jakarta masih mendominasi dengan total 6.613 kasus.
Masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali berakhir pada hari ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan memimpin rapat terbatas evaluasi pelaksanaan PPKM secara virtual di sela kunjungan kerja dari Kota Balikpapan siang ini.
DKI Jakarta masih menyandang status PPKM Level 2, setidaknya hingga hari ini. Ketentuan PPKM level 2 juga berlaku di wilayah aglomerasi seperi Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Pemerintah kembali angkat bicara mengenai kemungkinan DKI Jakarta kembali menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3. Secara total, kasus aktif di DKI Jakarta mencapai 28.702, dari total 61.718 kasus aktif secara nasional.
Meski performa Mata Uang Garuda tersebut melemah, bisa dibilang pelemahan tersebut cukup bagus karena dolar AS menjadi sangat kuat setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menegaskan akan agresif menormalisasi kebijakan monertenya di tahun ini.
Inflasi berdasarkan Personal Consumption Expenditure(PCE) di Amerika Serikat yang semakin tinggi menguatkan kemungkinan The Fed akan agresif di tahun ini. Pada Jumat pekan lalu, inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 4,9% year-on-year (yoy) pada Desember 2021, yang merupakan level tertinggi sejak September 1983. Rilis tersebut semakin memperkuat posisi dolar AS, indeksnya sepanjang pekan lalu melesat 1,7% ke 97,27 yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2020.
Sementara itu, tercatat penyebaran Covid-19 di Beijing mencapai angka tertinggi pada pekan lalu (30/1/2022), padahal Winter Olympics akan segera dimulai dalam kurun waktu 5 hari lagi. Libur Tahun Baru Imlek menjadi hal yang mencemaskan karena banyak warga China yang akan pulang kampung untuk bertemu keluarga, hal tersebut meningkatkan peluang penyebaran Covid-19.
Tercatat sebanyak 20 kasus baru di kota Beijing yang menjadi angka tertinggi sejak Juni 2020, jika mengacu kepada National Health Comission (NHC). Pemerintah China telah menguji sebanyak 2 juta orang di wilayah Fengtai karena penyebarannya terbanyak.
Apabila ekonomi China terganggu, maka akan berdampak pula terhadap ekonomi dalam negeri. Sebab, beberapa tahun ini, pemerintah Indonesia telah menggunakan mata uang Yuan dalam beberapa transaksi luar negerinya dan China merupakan salah satu investor terbesar Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)