
Akhir Pekan Investor Kembali Lepas SBN, Harganya Melemah Lagi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Jumat (28/1/2022) akhir pekan ini, karena kekhawatiran investor akan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah mulai berkurang.
Mayoritas investor kembali melepas obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) dan pelemahan harga. Hanya SBN bertenor tiga tahun, 15 tahun dan 20 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun turun 5,2 bp ke level 3,456%, sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 15 tahun melemah tipis 1 bp ke level 6,395%, dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun terpangkas 2,3 bp ke level 6,974%.
Sementara untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 2,8 bp ke level 6,463%
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pasar mulai tidak terlalu khawatir dengan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Hal ini dibuktikan dengan mulai pulihnya beberapa pasar saham Asia, termasuk di dalam negeri.
Meski kekhawtiran investor akan sikap hawkish The Fed sudah berkurang, tetapi di pasar saham Negeri Paman Sam masih cenderung volatil.
Di lain sisi, yield surat utang pemerintah (Treasury) terpantau cenderung menguat pada pagi hari ini waktu AS.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun cenderung naik 3,3 bp ke level 1,841%, dari sebelumnya pada penutupan Kamis kemarin di level 1,808%.
Data indeks pengeluaran konsumsi rumah tangga (personal consumption expenditures/PCE) AS pada Desember 2021 akan dirilis pada hari ini pukul 08:30 waktu AS atau pukul 20:30 WIB.
Data ini akan digunakan oleh The Fed untuk meninjau kondisi inflasi selain dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) dan sektor produsen (producer price index/PPI).
Investor juga akan mengamati data tersebut dengan cermat, mengingat The Fed telah mengindikasikan bahwa pihaknya dapat mulai menaikkan suku bunga pada Maret mendatang, sebagai bentuk upaya untuk mengekang inflasi yang masih panas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi