Bursa Asia Longsor! Nikkei-KOSPI Drop 3%, IHSG Selamat
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup berjatuhan pada perdagangan Kamis (27/1/2022), karena investor cenderung menanggapi negatif dari pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana menaikan suku bunga acuannya pada Maret mendatang.
Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona hijau pada hari ini. IHSG ditutup menguat 0,16% ke level 6.611,16.
Sedangkan sisanya kembali ditutup memerah pada hari ini. Indeks KOSPI Korea Selatan ditutup ambruk 3,5% ke level 2,614.49, Nikkei Jepang ambles 3,11% ke 26.170,30, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,99% ke 23.807, Shanghai Composite China tergelincir 1,78% ke 3.394,25, dan Straits Times Singapura melemah 0,35% ke posisi 3.260,03.
Indeks KOSPI memimpin pelemahan bursa Asia pada hari ini, di mana indeks saham Negeri Ginseng tersebut terkoreksi hingga lebih dari 3%, karena investor di kawasan tersebut masih khawatir dengan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).
Selain itu, koreksinya kembali saham-saham teknologi di Negeri Ginseng juga turut memperberat KOSPI pada hari ini.
Saham raksasa teknologi yakni Samsung Electronics ambles 2,73%, sedangkan saham SK Hynix ambrol 3,4%, saham LG Chem anjlok hingga 8,13%, dan saham Naver ambruk 3,19%.
Tak hanya KOSPI saja yang terkoreksi lebih dari 3%, indeks Nikkei juga mengalami hal yang sama dan menjadi koreksi terbesar kedua setelah KOSPI, karena pasar juga khawatir dengan sikap hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Saham-saham teknologi di Negeri Sakura juga menjadi pemberat Nikkei pada hari ini. Saham startup Softbank Group longsor 9,15%, saham produsen chip Advantest ambruk 6,97%, dan saham produsen konsol game yakni Sony ambles 6,74%.
Ambruknya kembali bursa Asia pada perdagangan hari ini terjadi di tengah variatifnya bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat.
Dow Jones ditutup melemah 0,38% dan S&P 500 turun 0,15%. Namun untuk indeks Nasdaq berhasil menguat tipis, yakni sebesar 0,02%.
Investor cenderung merespons negatif dari pernyataan The Fed yang berencana menaikan suku bunga acuannya pada Maret 2022.
"Dengan inflasi yang jauh di atas 2% dan pasar tenaga kerja yang kuat, Komite mengharapkan akan segera menaikkan kisaran target suku bunga dana federal," kata pernyataan The Fed.
Powell memperingatkan bahwa inflasi akan tetap tinggi untuk jangka panjang dan masalah rantai pasokan ternyata lebih besar serta lebih tahan lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Investor memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pertama kali pada pertemuan 15-16 Maret, kemudian dilanjutkan dengan tiga kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun 2022.
Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat 25 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 91,5%.
Di lain sisi, ketegangan di perbatasan Ukraina yang kembali tereskalasi juga turut memperberat sentimen pasar pada hari ini.
Rusia masih menempatkan lebih dari 100.000 pasukan di perbatasan Ukraina. Hal ini membuat negara-negara barat protes keras, karena menilai Rusia sedang bersiap untuk melakukan invasi di wilayah eks Uni Soviet tersebut. AS pun balas menggertak dengan menyiagakan 8.500 personel angkatan bersenjata untuk diterjunkan ke Eropa sewaktu-waktu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)