Alert IHSG! Bursa Asia Babak Belur, Hang Seng Drop Nyaris 2%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 January 2022 08:49
Bursa China
Foto: Bursa China (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (27/1/2022), karena investor cenderung merespons negatif dari pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana menaikan suku bunga acuannya pada Maret 2022.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,16%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,82%, Shanghai Composite China turun tipis 0,07%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,55%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,78%.

Di Korea Selatan, perusahaan raksasa teknologi yakni Samsung Electronics melaporkan laba operasional pada kuartal IV-2021 naik sebesar 53% dari kuartal IV-2020. Meski laba operasioanl Samsung secara tahunan naik, tetapi secara kuartalan, pada kuartal IV-2021 12% dari kuartal III-2021.

Di lain sisi, beberapa perusahaan produsen chip global mengatakan bahwa bisnis memori diprediksi akan tumbuh pada tahun 2022, seiring meningkatnya permintaan server karena perusahaan chip global meningkatkan investasi mereka ke dalam teknologi informasi, meski masalah rantai pasokan masih menjadi katalis negatif bagi mereka.

Koreksinya kembali bursa Asia terjadi di tengah variatifnya bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,38% ke level 34.168 dan S&P 500 turun 0,15% ke posisi 4.349,85. Namun untuk indeks Nasdaq berhasil ditutup menghijau, meski hanya tipis-tipis saja, yakni ditutup naik tipis 0,02% ke level 13.542,12.

Investor cenderung merespons negatif dari pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana menaikan suku bunga acuannya pada Maret 2022.

"Dengan inflasi yang jauh di atas 2% dan pasar tenaga kerja yang kuat, Komite mengharapkan akan segera menaikkan kisaran target suku bunga dana federal," kata pernyataan The Fed.

Sebagian besar saham di Wall Street kembali terkoreksi setelah sesi tanya jawab dengan Ketua The Fed, Jerome Powell berlangsung.

Powell memperingatkan bahwa inflasi akan tetap tinggi untuk jangka panjang dan masalah rantai pasokan ternyata lebih besar serta lebih tahan lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Investor memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pertama kali pada pertemuan 15-16 Maret, kemudian dilanjutkan dengan tiga kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun 2022.

Berdasarkan data CME Fedwatch, pelaku pasar mengantisipasi bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat 25 bps pada Maret 2022 dengan probabilitas 91,5%.

Meski pengetatan kebijakan moneter The Fed masih menjadi perhatian pelaku pasar, namun sebenarnya mereka mulai mengabaikannya dan beralih fokusnya ke perilisan kinerja keuangan perusahaan pada kuartal keempat tahun 2021, utamanya di AS.

Di AS, musim rilis laporan keuangan kuartal IV-2021 telah terus berlangsung dengan hasil positif. Seperlima dari perusahaan di S&P 500 telah merilis kinerja keuangannya. Dari jumlah tersebut, 81% kinerja perusahaan lebih tinggi dari konsensus, melansir data Refinitiv.

Di lain sisi, ketegangan di perbatasan Ukraina yang kembali tereskalasi juga turut memperberat sentimen pasar pada hari ini.

Rusia masih menempatkan lebih dari 100.000 pasukan di perbatasan Ukraina. Hal ini membuat negara-negara barat protes keras, karena menilai Rusia sedang bersiap untuk melakukan invasi di wilayah eks Uni Soviet tersebut. AS pun balas menggertak dengan menyiagakan 8.500 personel angkatan bersenjata untuk diterjunkan ke Eropa sewaktu-waktu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular