Saham Microsott Melesat 5%, Wall Street Dibuka Meriah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 26/01/2022 22:13 WIB
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berbalik menguat pada pembukaan perdagangan Rabu (26/1/2022), di mana investor masih menunggu rilis risalah rapat dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 480 poin (+1,4%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi lompat 450,57 poin (+1,31%) ke 34.748,3. S&P 500 naik 81,49 poin (+1,87%) ke 4.437,94 dan Nasdaq melesat 336,79 poin (+2,49%) ke 13.876,08.

Saham Microsoft lompat 5% setelah merilis kinerja keuangan kuartalan terbarunya dan mendongkrak target pertumbuhan kinerja ke depan. Saham Apple, Amazon, Netflix, dan Nvidia mengekor. Di sisi lain, saham Tesla melesat 4,7%.


The Fed dijadwalkan akan merilis risalah rapat pada Rabu (25/1/2022) pukul 2 siang waktu setempat. Bank sentral terkuat di dunia ini diprediksi tidak akan mengumumkan perubahan kebijakan, tapi para investor akan tetap mengawasi petunjuk mengenai kapan dan berapa banyak The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.

Investor juga akan mengamati sinyal mengenai langkah selanjutnya yang akan diambil oleh The Fed ke depannya dan mencabut kebijakan yang telah diambil di tahun 2020 untuk mendorong ekonomi di tengah pandemi.

Kemarin, di pasar regular, indeks Dow Jones berakhir terkoreksi 66 poin (-0,2%). Namun, indeks berisi 30 saham unggulan ini sempat anjlok 818,98 poin dan langsung berbalik menguat 226,54 poin.

Pergerakan tersebut terjadi setelah indeks Dow Jones pulih dari koreksi 1.115 poin. Kemarin, indeks S&P 500 dan Nasdaq berakhir di zona koreksi dengan masing-masing turun sebanyak 1,2% dan 2,3%.

Perencana Investasi Global Commonwealth Financial Network Anu Gaggar berpendapat bahwa pasar yang volatil ini disebabkan oleh kecemasan investor menghadapi pengetatan kebijakan moneter The Fed.

"Pasar terasa seolah bergerak agak tak sejalan, tidak tahu arah, turun karena The Fed akan memperketat kebijakan atau naik karena ia akhirnya beraksi merespons inflasi," tambah Anu Gaggar dikutip dari CNBC International.

Dia menambahkan kenaikan suku bunga acuan dan pengurangan neraca keuangan The Fed yang bernilai US$ 9 triliun itu menunjukkan rezim moneter yang berubah sangat cepat.

Imbal hasil (yield) obligasi melonjak tajam di awal tahun untuk mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter. Pekan lalu, yield obligasi tenor 10 tahun tercatat mencapai 1,9% tetapi turun menjadi 1,77% kemarin, di mana nilai tersebut masih lebih tinggi 20 basis poin (bp) sejak 2021. Namun, pada hari ini, imbal hasil tersebut naik kembali menjadi 1,79%.

Data perdagangan AS dijadwalkan akan dirilis pada Rabu pukul 08:30 pagi dan data penjualan rumah akan dirilis pada pukul 10 pagi waktu setempat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi