Kasus Covid-19 RI Nyaris Tembus 5.000, Awas Rupiah Jeblok!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mencatat pelemahan dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin. Status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tetap level 2 belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Mata Uang Garuda tetap mencatat pelemahan 0,07% ke Rp 14.350/US$.
Status DKI Jakarta berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) 05/2022 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level 2, dan Level 1 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali, menunjukkan DKI Jakarta masih berada di level 2. Hanya 1 wilayah yang masuk level 3 yakni Kabupaten Pamekasan di Jawa Timur.
Tetapi, keputusan ini hanya berlaku satu pekan saja, ada kemungkinan perubahan level terjadi di pekan depan mengingat penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) khususnya varian Omicron terus menanjak.
Kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 4.878 kasus konfirmasi positif, tertinggi dalam lebih dari 4 bulan terakhir, tepatnya sejak 11 September lalu.
DKI Jakarta membukukan tambahan kasus harian terbanyak yakni 2.190, sehingga kemungkinan status PPKM bakal dinaikkan semakin besar. Hal tersebut tentunya memberikan sentimen negatif ke rupiah, apalagi sentimen pelaku pasar sedang tidak bagus jelang pengumuman kebijakan bank sentral AS (The Fed).
Kurang dari 24 jam lagi The Fed akan mengumumkan kebijakan moneternya dan diperkirakan akan memberikan indikasi kenaikan suku bunga di bulan Maret, dan akan agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter. Alhasil, sentimen pelaku pasar memburuk yang terlihat dari jebloknya bursa saham Amerika Serikat (Wall Street).
Secara teknikal, masih belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan meski rupiah melemah dua hari beruntun. Rupiah masih berada di atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200). Artinya, Mata Uang Garuda kini berada di atas tiga MA, selain MA 200 juga di atas MA 100 dan MA 50. Sehingga tekanan bagi rupiah menjadi lebih besar.
Selain itu, indikator Stochastic bergerak naik tetapi belum memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika Stochastic yang belum mencapai overbought, artinya risiko pelemahan rupiah masih besar.
Resisten terdekat berada kini berada di kisaran 14.360/US$ yang kemarin sempat diuji. Penembusan ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah ke Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$.
Sementara itu MA 200 di kisaran Rp 14.320/US$ hingga Rp 14.330/US$ menjadi support terdekat yang harus dilewati rupiah untuk bisa menguat lebih lanjut menuju Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.280/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)