GWM Naik, Bunga Bank Ikut Naik? Ini Jawabannya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
25 January 2022 15:35
fitch ratings
Foto: Reuters/Reinhard Krause

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk perbankan di Indonesia pada tahun 2022 seharusnya tidak mempengaruhi likuiditas dalam sistem perbankan, di mana saat ini masih jauh di atas tingkat normalnya.

Menurut lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings, ketentuan tersebut menandakan dimulainya kembalinya normalitas likuiditas untuk sektor perbankan, di mana likuiditas telah meningkat akibat adanya pemberian stimulus virus corona (Covid-19) dan masih lemahnya penyaluran kredit bank.

"Kami percaya bahwa bank-bank Indonesia secara keseluruhan memiliki likuiditas yang memadai, dan bank-bank yang dinilai olehkami memiliki ruang yang cukup dalam nilai pendanaan dan likuiditas mereka untuk menyerap persyaratan yang lebih tinggi," kata Fitch Ratings dalam siaran pers-nya.

BI akan menaikkan GWM rupiah sebesar 300 basis poin (bp) menjadi 6,5% untuk bank umum konvensional dan sebesar 150bp menjadi 5% untuk bank syariah.

Kenaikan GWM oleh BI akan diberlakukan secara bertahap, dengan peningkatan pertama sebesar 150bp untuk bank umum konvensional dan 50bp untuk bank syariah,di mana peningkatan GWM ini efektif 1 Maret 2022 mendatang. Sedangkan kenaikan berikutnya akan berlangsung pada 1 Juni dan 1 September 2022.

"Kami memperkirakan langkah tersebut akan menyerap likuiditas hingga US$ 12,5 miliar atau sekitar Rp178 triliun, berdasarkan data akhir Oktober 2021 tentang simpanan pelanggan," ujar Fitch.

Hingga 14 Desember 2021, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing/QE) di perbankan sebesar Rp 148 triliun.

Namun, penyerapan aktual bisa jauh lebih sedikit dari perkiraan karena bank dengan minimal 20% dari portofolio pinjaman mereka telah meningkatkan jangkauannya ke usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), di mana mereka mendapat manfaat dari pengurangan 100 bp dalam persyaratan cadangan harian mereka.

Meski GWM rupiah akan naik, tetapi GWM berdenominasi mata uang asing tetap tidak berubah yakni sebesar 4%.

GWM rupiah terakhir berada di level 6,5% pada pertengahan 2019, ketika likuiditas dalam sistem jauh lebih ketat. Fitch pun mengkalkulasi rasio loan-to-deposit (LDR) industri turun menjadi 78,1% pada akhir Oktober 2021, dari sebelumnya sebesar 94,4% pada akhir 2019.

Sementara itu, rerata rasio cakupan likuiditas di 12 bank besar Indonesia naik menjadi 245% pada akhir September 2021, dari sebelumnya sebesar 180% pada akhir 2019. Angka ini jauh di atas persyaratan yang sebesar 85%.

Sedangkan rasio cakupan likuiditas minimum, yang berlaku untuk bank-bank Indonesia dengan modal inti minimum sebesar Rp6 triliun, akan kembali ke 100% jika relaksasi pandemi benar-benar dihentikan pada akhir kuartal pertama tahun 2022.

Di lain sisi, Fitch memperkirakan pertumbuhan pinjaman di bank-bank terbesar di Indonesia akan meningkat menjadi sekitar 8% pada tahun 2022, ditopang oleh peningkatan sentimen bisnis dan konsumen karena pemulihan ekonomi mulai terlihat.

Hal ini sejalan dengan proyeksi BI untuk pertumbuhan industri sebesar 6-8% pada tahun ini. Namun, perkiraan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BI sebesar 7%-9% pada tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan Fitch sekitar 3%.

Fitch memperkirakan kenaikan GWM akan memberikan tekanan minimal pada margin bunga bersih bank, di mana sebagian dibantu oleh keputusan BI untuk terus memberikan bunga 1,5%.

"Kami percaya bahwa kebijakan tersebut telah meningkatkan risiko penurunan terhadap perkiraan Fitch tentang kontraksi margin sebesar 10bp di bank-bank terbesar pada tahun 2022,kami percaya bahwa kontraksi margin akan didorong oleh biaya pendanaan yang lebih tinggi seiring ekspektasi kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun ini," kata Fitch dalam risetnya.

Namun, prospek profitabilitas bank-bank di Indonesia tetap menguntungkan pada tahun 2022. hal ini didasarkan pada ekspektasi Fitch terhadap volume bisnis yang lebih tinggi, biaya kredit yang lebih rendah karena kualitas aset meningkat secara bertahap, dan efisiensi biaya yang lebih baik dari percepatan bisnis yang disebabkan oleh pandemi melalui saluran digital.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GWM Naik Tiga Kali, BI Sedot Likuiditas Rp 200 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular