Dow Futures Terkoreksi Jelang Rilis Laporan Keuangan Big Tech
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) turun pada perdagangan Senin (24/1/2022) di tengah antisipasi investor atas rilis laporan keuangan emiten dan kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Kontrak futures indeks saham Dow Jones terkoreksi 79 poin (+0,23%), Kontrak serupa indeks S&P 500 turun 0,36% dan Nasdaq jatuh 0,68%. Perdagangan sesi pra-pembukaan hari ini melanjutkan koreksi Wall Street pekan lalu di tengah kecemasan suku bunga acuan yang akan naik.
Indeks S&P 500 anjlok 5,7% pekan lalu dan ditutup di bawah rerata pergerakan selama 200 hari terakhir (200-Day Moving Average) untuk pertama kali sejak Juni 2020. Indeks emiten blue chip, Dow Jones, sepekan lalu drop 4,6% menjadi yang terburuk sejak Oktober 2020.
Aksi jual saham emiten teknologi kian parah dengan indeks Nasdaq ambrol 7,6% pekan lalu, menandakan penurunan selama empat minggu beruntun. Indeks Nasdaq anjlok lebih dari 14% dari rekor penutupan tertinggi pada November, dan jatuh ke zona koreksi.
Rilis laporan keuangan kuartal IV-2021 dilaporkan mixed. Sejauh ini, lebih dari 70% konstituen indeks S&P 500 melaporkan kinerja keuangan yang melebihi estimasi pasar. Namun, dua perusahaan telah membuat para pelaku pasar kecewa pekan lalu, di antaranya Goldman Sachs dan Netflix.
Saham Peloton naik 0,5% pada pembukaan perdagangan menyusul laporan Wall Street Journal kemarin. Investor aktivis Blackwells menghubungi Peloton untuk memecat Direktur Utama Peloton John Foley.
IBM dijadwalkan merilis neraca keuangan setelah pembukaan perdagangan hari ini. Investor akan disibukkan dengan laporan keuangan dari perusahaan 'Big Tech' di antaranya Microsoft, Tesla, dan Apple.
Sentimen lain datang dari rapat The Fed mengenai kebijakan moneter yang bakal diumumkan pada Rabu (26/1/2022) waktu setempat. Investor mencemaskan tentang berapa banyak suku bunga yang akan dinaikkan oleh The Fed tahun ini dan kapan kenaikan akan dimulai.
Goldman Sachs memproyeksikan kenaikan sebanyak 4 kali tahun ini. Namun, bank investasi ini melihat ada risiko bahwa kenaikan suku bunga akan lebih banyak dari itu karena lonjakan inflasi.
Investor melepas saham yang berisiko tahun ini di tengah prediksi bahwa The Fed akan mengetatkan kebijakan moneter. Bitcoin anjlok lebih dari 8% sepekan kemarin ke level US$ 35.511/BTC, menghapus hampir setengah dari nilai yang pernah dicapai pada November.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS pekan lalu turun menjadi 1,76%. Imbal hasil yang menjadi acuan pasar ini sempat menguat awal tahun ini jelang kenaikan suku bunga acuan The Fed dan sedikit banyak memicu aksi jual besar-besaran saham teknologi.
"Narasi besar tahun ini adalah kenaikan drastis suka bunga acuan, yang membuat investor harus melakukan valuasi ulang beberapa sektor yang mahal dan berpindah ke saham yang berbasis nilai [value stock]," tutur Kepala Ekuitas UBS Global Wealth Management di America David Lefkowitz dikutip dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)