Yield Treasury Mulai Melandai, Harga SBN Ditutup Beragam Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
21 January 2022 19:49
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup beragam pada perdagangan Jumat (21/1/2022), di tengah cenderung melandainya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari ini, meski masih berada di dekat level 1,8%.

Sikap investor di pasar obligasi pemerintah kembali bervariasi, di mana pada SBN bertenor satu tahun, lima tahun, 20 tahun, dan 30 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai oleh menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield).

Sebaliknya, SBN dengan jatuh tempo tiga tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor. Hal ini ditandai oleh melemahnya harga dan kenaikan yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun menjadi yang paling besar penurunannya pada hari ini, yakni turun 12,9 basis poin (bp) ke level 2,932%.

Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun menjadi yang paling besar kenaikannya pada hari ini, yakni naik 0,9 bp ke level 6,382%.

Sementara untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali naik sebesar 0,3 bp ke level 6,425%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di dalam negeri, investor pada hari ini cenderung optimis, terlihat dari melesatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan hari ini, menandakan selera risiko investor di dalam negeri kembali meningkat.

Investor di dalam negeri masih menyambut baik dari sikap Bank Indonesia (BI) yang masih cenderung dovish, di tengah potensi sikap hawkish dari bank sentral di beberapa negara, utamanya di AS.

Bank Indonesia (BI) pada kemarin memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5%. Namun BI memulai langkah normalisasi dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah untuk bank konvensional, komersial dan syariah mulai Maret 2022.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) terpantau mulai melambat pada pagi hari ini waktu AS, meski masih mendekati level 1,8%.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun berbalik turun 4,2 bp ke level 1,792%, dari sebelumnya pada penutupan Kamis kemarin di level 1,834%.

Yield Treasury bertenor 10 tahun sempat menyentuh level 1,9% pada awal perdagangan Rabu kemarin waktu AS, dengan investor masih berfokus pada rencana bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang akan menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Diperketatnya kebijakan moneter dan kekhawatiran investor akan inflasi global yang masih meninggi membuat mereka terpaksa melepas kepemilikannya di surat berharga pemerintah Negeri Paman Sam.

Bahkan, Treasury berjatuh tempo 2 tahun juga tak luput dari aksi lepas oleh investor, di mana yield-nya sempat naik ke atas 1% pada Selasa lalu waktu AS.

Investor saat ini akan memfokuskan perhatiannya ke rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Januari 2022 pada pekan depan selama dua hari, yang dimulai pada Selasa siang waktu AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular