Rupiah Tak Sanggup Menguat, tapi Tak Melemah Juga

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 21/01/2022 15:13 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tidak melemah atau pun menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (21/1). Nyaris sepanjang perdagangan rupiah tertahan di zona merah, meski sempat menguat tipis.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah melemah tipis 0,03% ke Rp 14.340/US$. Depresiasi sempat berlanjut hingga 0,14% ke Rp 14.355/US$. Rupiah sempat menguat tipis, sebelum berakhir stagnan di Rp 14.335/US$.

Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen dari eksternal dan dalam negeri.


Dari eksternal, penurunan yield obligasi (Treasury) AS, dapat menguntungkan rupiah. Kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun turun 4,28 basis poin, melanjutkan penurunan hari sebelumnya 2,14 basis poin. Pagi ini, yield tersebut kembali turun 3,38 basis poin ke 1,7773%.

Penurunan yield Treasury bisa meredakan risiko terjadinya capital outflow dari pasar obligasi Indonesia. Hal tersebut tentunya berdampak positif bagi rupiah.

Data yang dirilis dari Amerika Serikat juga kurang menguntungkan bagi dolar AS. Klaim tunjangan pengangguran mingguan yang berakhir 15 Januari naik menjadi 286.000 klaim jauh di atas estimasi Dow Jones sebanyak 225.000 klaim dan menjadi yang tertinggi sejak pertengahan Oktober tahun lalu.

Kenaikan tersebut, jika terus berlanjut tentunya menjadi sinyal pelemahan pasar tenaga kerja AS terutama akibat penyebaran virus corona varian Omicron.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) yang berencana menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) masih mampu memberikan sentimen ke rupiah.

BI dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini memutuskan bakal mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap hingga akhir kuartal III-2022. Kebijakan ini tentu akan mengurangi likuiditas di perbankan.

Pada tahap pertama, GWM akan naik 150 basis poin (bps) menjadi 5% dengan pemenuhan harian 1% pada 1 Maret 2022. GWM Rerata ditetapkan sebesar 4%.

Kemudian pada 1 Juni 2022 GWM akan naik 100 bps menjadi 6% dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5%.

Terakhir, GWM akan naik lagi sebesar 50 bps menjadi 6,5% pada September 2022 dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5,5%.

Kenaikan GWM tiga kali pada 2022, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, diperkirakan 'menyedot' likuiditas sekitar Rp 200 triliun dari sistem perbankan. Jumlah itu diyakini masih bisa membuat perbankan punya ruang untuk 'bernapas', sebab likuiditas saat ini dikatakan masih sangat longgar.

Dengan kenaikan GWM tersebut jumlah uang yang beredar tentunya akan berkurang, yang membuat bisa membuat kinerja rupiah terjaga. Sentimen tersebut membuat rupiah sukses menghentikan pelemahan dalam 3 hari beruntun, tetapi masih belum mampu mendongkrak penguatan hari ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS