
Wall Street Ambles Lagi, Bursa Asia Kebakaran, Waspada IHSG!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka memerah pada perdagangan Jumat (21/1/2022), seiring masih terkoreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat dan juga di tengah melemahnya harga minyak mentah dunia.
Indeks Nikkei Jepang dibuka ambruk 1,35%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,26%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,31%, Straits Times Singapura terpangkas 0,23%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,8%.
Dari Jepang, data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Desember 2021 telah dirilis pada hari ini.
Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) melaporkan IHK Negeri Sakura pada Desember tahun lalu naik menjadi 0,8% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 0,6%.
Adapun IHK inti Jepang pada Desember tahun lalu masih sama seperti Desember 2020 yakni sebesar 0,5%.
Meski inflasi Jepang mulai naik, tetapi hal ini tidak akan memicu pengetatan kebijakan moneter secara lebih cepat oleh BoJ, karena inflasi Jepang saat ini masih jauh di bawah target BoJ yang sebesar 2%.
Di lain sisi, pasar saham Asia kembali mengikuti pergerakan bursa AS, Wall Street yang kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis kemarin waktu AS, karena investor masih khawatir dengan prospek pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan pertumbuhan ekonomi yang cenderung kembali melambat.
Indeks Dow Jones ditutup merosot 0,89% ke level 34.715,39, S&P 500 ambles 1,11% ke 4.482,65, dan Nasdaq Composite ambrol 1,3% ke posisi 14.154,02.
Dengan ini, sepanjang pekan ini, Wall Street tidak pernah ditutup menghijau.
Kekhawatiran bahwa The Fed akan secara agresif bergerak untuk menaikkan suku bunga tahun ini berdampak pada pasar. Investor dengan cemas menunggu pertemuan The Fed pekan depan untuk mendapatkan petunjuk baru tentang bagaimana Jerome Powell dkk akan mengatasi inflasi.
Sementara itu, lonjakan kasus virus corona (Covid-19) varian Omicron dapat memicu terganggunya kembali pemulihan ekonomi, terlihat dari data klaim pengangguran AS yang kembali naik pada pekan lalu.
Klaim tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 15 Januari 2022 mencapai 286.000, menjadi level tertinggi sejak Oktober 2021. Angka tersebut jauh di atas perkiraan Dow Jones 225.000 dan menjadi kenaikan substansial dari 231.000 pada pekan sebelumnya.
Di lain sisi, harga minyak mentah dunia mulai menurun setelah mencetak rekor tertinggi sejak 2014 silam. Koreksi harga minyak tak hanya diakibatkan oleh aksi ambil untung investor, tetapi juga disebabkan oleh kekhawatiran pasar akan kurangnya pasokan.
Harga minyak berjangka jenis Brent turun sebesar 6 sen menjadi US$ 88,38 per barel pada penutupan perdagangan Kamis waktu setempat, sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga turun 6 sen menjadi US$ 86,9 per barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
