BI Masih Cenderung Dovish, Yield SBN Ditutup Beragam
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup cenderung bervariasi pada perdagangan Kamis (20/1/2022), di mana investor cenderung merespons beragam dari masih dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada hari ini.
Sikap investor di pasar obligasi pemerintah cenderung beragam, di mana pada SBN bertenor satu tahun, tiga tahun, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai oleh menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield).
Sebaliknya, SBN dengan jatuh tempo lima tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor. Hal ini ditandai oleh melemahnya harga dan kenaikan yield.
Melansir data dari Refinitiv, hanya yield SBN bertenor 25 tahun yang cenderung stagnan di level 7,252% pada hari ini.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik naik 0,8 bp ke level 6,422%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada hari ini mengumumkan kebijakan moneternya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Januari 2022.
Sesuai dengan konsensus pasar, BI mempertahankan kebijakan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo tetap di 3,5%. Namun BI mulai melakukan normalisasi kebijakan moneter lewat menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM).
Normalisasi GWM rupiah untuk bank umum dan konvensional saat ini 3,5% dinaikkan 150 bps menjadi 5% dengan pemenuhan harian 1% dan rata-rata 4% berlaku 1 Maret 2022.
Di tengah potensi sikap hawkish-nya beberapa bank sentral di dunia, utamanya di beberapa negara maju, BI tetap bersikap dovish. Hal ini karena BI menilai bahwa inflasi RI masih dalam batas aman. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan maupun direspons dengan sederet kebijakan.
"IHK akan naik tapi perkiraan kami akan berada di kisaran 3% plus minus 1% pada tahun ini," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (20/1/2022).
Sementara itu di Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) kembali naik setelah sempat melandai sejenak.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun kembali naik 0,6 bp ke level 1,833%, dari sebelumnya pada penutupan Rabu kemarin di level 1,827%. Bahkan, yield Treasury bertenor 10 tahun sempat menyentuh 1,90% pada Rabu kemarin.
Jelang digelarnya rapat anggota pengambil kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserve/the Fed) pada akhir bulan ini, pasar mulai mengantisipasi bahwa the Fed akan lebih agresif dalam melakukan normalisasi kebijakan moneternya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)