Yield Treasury Melonjak Lagi, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
19 January 2022 20:18
Sun, Ilustrasi Oligasi
Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (19/1/2022), di tengah melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) karena pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya pada Maret mendatang.

Mayoritas investor melepas obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil atau yield di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN bertenor 20 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 20 tahun turun sebesar 1 basis poin (bp) ke level 7,027% pada perdagangan hari ini.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik naik 1,8 bp ke level 6,414%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

SBN

Pasar saham global terpantau terkoreksi pada hari ini, di mana bursa Asia secara mayoritas terkoreksi, termasuk juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tak hanya di kawasan regional dan dalam negeri, bursa saham Eropa dan AS pun juga sama.

Hal ini karena investor merespons negatif dari kembali melonjaknya yield surat utang pemerintah AS (Treasury) pada Selasa kemarin waktu setempat, di mana yield Treasury bertenor 10 tahun sudah mencapai kisaran level 1,8%.

Pada hari ini pula, yield Treasury bertenor 10 tahun kembali melanjutkan penguatannya. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun naik 1,6 bp ke level 1,884%, dari sebelumnya pada Selasa kemarin di level 1,868%.

Bahkan, yield Treasury berjatuh tempo 2 tahun saja naik ke atas level 1% untuk pertama kalinya sejak Februari 2020, atau sebulan sebelum pengumuman pandemi yang mengirim ekonomi AS ke dalam resesi.

Treasury tenor 2 tahun memang cenderung sensitif terhadap kenaikan suku bunga acuan. Treasury ini dipandang sebagai patokan di mana bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menetapkan suku bunga pinjaman jangka pendek.

Melonjaknya yield Treasury membuat investor melepas saham-saham teknologi di AS dan turut memperberat pergerakan indeks Nasdaq kemarin.

Koreksi saham teknologi pun berimbas ke saham-saham teknologi di kawasan Asia dan Eropa serta juga turut memperberat pergerakan aset digital atau kripto.

Yield yang cenderung lebih tinggi dapat lebih membebani saham-saham teknologi dan pertumbuhan dengan penilaian yang tinggi, karena dapat menjadi ancaman penurunan arus kas jangka panjang mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular