Pasar 'Karam', Rupiah Ikut Tenggelam
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (19/1/2022). Apa boleh buat, situasi memang sedang kurang kondusif.
Rupiah mengawali hari dengan depresiasi 5 poin atau 0,03% di posisi US$ 14.335/US$. Kala penutupan perdagangan, depresiasi rupiah semakin dalam yaitu 25 poin (0,17%) menjadi Rp 14.360/US$.
Sentimen negatif dapat dilihat dari bursa saham Asia, Eropa, dan Wall Street yang kompak memerah. Pada pukul 15:00 WIB, indeks saham Nikkei (Jepang), Shanghai Composite (China), dan Straits Times (Singapura) kompak turun. Hanya Indeks saham Hang Seng Hong Kong yang naik 0,06% ke 24.127,850.
Bursa saham Eropa juga 'kebakaran' di pembukaan perdagangan hari ini. Indeks Stoxx 600 turun 0,1% di mana sektor makanan dan minuman turun 0,7%. Sementara itu, saham ritel naik 1,7%.
Hal tersebut diperkirakan karena adanya koreksi di bursa AS pada perdagangan Selasa waktu setempat, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles ke 35.368,469 (-1,51%), S&P 500 turun ke 4.577,11 (-1,84%), dan Nasdaq anjlok ke 14.506,90 (-2,6%).
Koreksi bursa saham Negeri Paman Sam terjadi di tengah melonjaknya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury Bond). Pada perdagangan kemarin, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sudah berada di kisaran 1,8%.
Dilansir dari CNBC International, yield US Treasury Bond tenor 10 tahun naik sebesar 10,5 basis poin (bps) ke 1,877% pada pukul 16:00 waktu setempat. Bahkan yang tenor dua tahun naik ke atas level 1% untuk kali pertama sejak Februari 2020.
Perkembangan ini akan membuat arus modal mengalir deras ke pasar obligasi pemerintah AS. Akibatnya, membuat risiko tekanan terhadap rupiah meningkat.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan kepada CNBC Indonesia bahwa secara domestik Bank Indonesia (BI) berencana menaikkan suku bunga acuannya yang akan berpeluang meningkatkan tekanan di pasar finansial karena naiknya (nilai tukar) dolar terhadap rupiah.
"Pada akhirnya kami simulasikan, memandang 2022 ekonomi akan tumbuh pada kisaran 4,8-5,3% dan inflasi terkendali di 2,8% - 3,3%. Tahun ini adalah tahun optimis pemulihan ekonomi nasional," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)