Yield SBN AS Tembus 1,85%, Dow Dibuka Terpelanting 520 Poin
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambrol pada pembukaan perdagangan Selasa (18/1/2022), di tengah melesetnya kinerja keuangan emiten dan lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 520 poin (-1,47%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi 555,44 poin (-1,55%) ke 35.356,37 dan S&P 500 turun 67,35 poin (-1,44%) ke 4.595,5 dan Nasdaq ambruk 237,5 poin (-1,59%) ke 14.656,26.
Yield obligasi AS naik pesat. Jika melihat dari data performa 2 tahun ini, yield naik lebih dari 1% pertama kali sejak Februari 2020. Sedangkan pada bulan sebelumnya, situasi pandemi telah menggiring perekonomian AS ke zona resesi.
Yield periode 2 tahun dijadikan sebagai acuan di mana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menentukan persentase suku bunga acuan jangka pendek. Suku bunga acuan naik bersamaan dengan yield obligasi, di mana acuan yield pemerintah AS tenor 10 tahun telah menyentuh 1,85%, menjadi angka tertinggi sejak Januari 2020.
Pekan perdagangan yang singkat ini akan dihiasi oleh laporan keuangan kuartal IV-2021 dari 35 perusahaan yang menjadi konstituen indeks S&P 500, meliputi Bank of America dan Netflix. Goldman Sachs juga dijadwalkan merilis laporan keuangan.
Saham Goldman Sachs dibuka anjlok 8% setelah rilis kinerja keuangannya tak sesuai dengan ekspektasi pasar menyusul lonjakan beban operasi hingga 23%. Secara keseluruhan, 26 perusahaan dari indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan kuartal IV-2021. Setidaknya 77% dari kinerja mereka tercatat di bawah ekspektasi analis pasar.
"Secara menyeluruh, performa perekonomian di kuartal IV-2021 positif, sejalan dengan pertumbuhan laba dan pendapatan emiten," tutur Mark Haefele, Chief Investment Officer (CIO) USB Global Wealth Management di laporan riset yang dikutip CNBC International.
Saham Tesla terbanting 2,5%, Meta Platforms (induk usaha Facebook) drop 3,7%, sementara Amazon ambruk 2,5%. Saham Microsoft anjlok 2,5% setelah perseroan mengumumkan rencana akuisisi pengembang game Activision Blizzard senilai US$ 68,7 miliar. Saham Activision dibuka melesat 30%.
Ia juga menambahkan bahwa proyeksi kinerja perusahaan cenderung menunjukkan adanya kekuatan permintaan yang berkelanjutan pada tahun 2022 walaupun penyebaran Omicron mengganggu beberapa sektor.
Penyebaran varian Omicron memicu pertanyaan apakah perekonomian global akan membaik sejak berita penemuan Omicron dirilis. Beberapa negara dan wilayah kembali menerapkan lockdown dan pembatasan kegiatan sosial untuk menekan penyebaran Covid-19.
Namun, data terbaru mengindikasikan penyebaran akan menurun. Di AS, data kasus terbaru menunjukkan penurunan selama 7 hari sejak mencapai rekor pada bulan ini, mengacu kepada data riset Johns Hopkins University. Di Maryland, angka penularan harian juga turun sebanyak 27% secara mingguan. Kasus baru juga turun di Afrika Selatan dan Inggris.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)