Rupiah Melemah Sejak Pagi, Ini Dia Penyebabnya..
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terbenam di teritori depresiasi hingga penutupan perdagangan Senin (17/1/2022), Ada apa dengan rupiah?
Pada hari ini pukul 15:00 WIB rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14% menjadi Rp 14.315/US$ dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.
Di atas kertas, performa rupiah didukung oleh beberapa faktor internal dan eksternal seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan kebijakan transaksi berjalan. Apabila variabel tersebut menurun, maka akan berdampak kepada performa Mata Uang Garuda terhadap dolar AS.
Meski neraca perdagangan Indonesia sudah mencetak surplus pada Desember 2021, hal ini belum bisa menopang performa rupiah hari ini. Surplus sebesar US$ 1,02 miliar itu mengulang tren dalam 20 bulan terakhir. Namun, angka tersebut meleset dari prediksi 12 ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan angka US$ 3,13 miliar.
Poin lain yaitu penurunan ekspor Desember 2021 ddari November 2021 akibat penurunan ekspor nonmigas sebesar 1,06% dan migas sebesar 17,93%. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nonmigas menyumbang 94,7% terhadap ekspor Indonesia dari Januari hingga Desember 2021. Sisanya 5,3% berasal dari ekspor migas.
Ekspor nonmigas dari produk pertambangan menjadi sektor yang turun paling signifikan hingga 21,20% (month-to-month/mtm) karena penurunan ekspor batu bara. Kebijakan lainnya, pemerintah RI sedang mempertimbangkan pajak ekspor progresif untuk komoditas nikel, terutama kandungan nikel rendah Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi)
Dari sektor pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali turun 0,72% di level 6.645,048. Tercatat sebanyak 340 saham melemah, 203 saham menguat dan 137 stagnan.
Sementara, Indeks saham Bursa Amerika Serikat (AS) mengakhiri perdagangan pekan lalu dengan indeks saham S&P 500 menguat tipis 0,08% dan Nasdaq Composite memimpin kenaikan sebesar 0,59%. Walaupun Indeks Dow Jones Industrial turun 0,56%, tetap membuat dolar AS berada di atas angin terhadap rupiah.
Hal ini dapat terlihat sejak Jumat pekan lalu, tercatat bahwa mayoritas trader terpantau mengambil posisi beli (net long) dolar AS, jika mengacu kepada Reuters berdasarkan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (Commodity Futures Trading Commission) AS. Tercatat sebanyak US$ 19,34 miliar.
Pada Jumat pekan lalu (14/1/2022) indeks dolar AS naik ke 95,165 dan kembali menguat pada pagi ini ke level 95,28.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)