Sejak Pagi Tertekan, Ini Gacoan Rupiah Lepas dari Tekanan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Senin, 17/01/2022 12:25 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terbenam di teritori depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (17/1/2022), di tengah belum kuatnya sentimen positif dari kawasan. Namun peluang penguatan masih terbuka.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,03% atau 5 poin menjadi Rp 14.300/US$, dan kemudian terus terbenam dalam pelemahan yang lebih jauh. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah terhitung melemah 0,14% ke Rp 14.315/US$.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang mengerem laju koreksi jika mengacu pada pergerakan di pasar non-deliverable forward (NDF) yang cenderung menguat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Periode

Kurs Pukul 08:55 WIB

Kurs Pukul 11:50 WIB

1 Pekan

Rp 14.325

Rp 14.297

1 Bulan

Rp 14.335

Rp 14.324

2 Bulan

Rp 14.368

Rp 14.356

3 Bulan

Rp 14.414

Rp 14.402

6 Bulan

Rp 14.500

Rp 14.545

9 Bulan

Rp 14.697

Rp 14.690

1 Tahun

Rp 14.885

Rp 14.842

2 Tahun

Rp 15.358

Rp 15.358

Jika mengacu pada data tersebut, rupiah bahkan berpeluang kembali masuk ke level psikologis 14.200 jika mendapatkan katalis positif dari data neraca perdagangan nasional, yang akan dirilis siang ini.

Sejauh ini, angin positif dari kawasan belum terlampau kuat. Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) China yang per kuartal IV-2021 memang tumbuh 4% (secara tahunan), atau lebih baik dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memprediksi pertumbuhan sebesar 3,6%.

Meski demikian, capaian kuartal terakhir tahun lalu itu terhitung melambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB kuartal III-2021 yang naik 4,9% (secara tahunan). Di sisi lain, penjualan ritel di China per Desember hanya tumbuh 1,7% atau jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,7%.

Peluang penguatan bagi rupiah juga muncul dari indeks dolar AS yang cenderung menurun. Setelah pada Jumat pekan lalu menguat ke 95,165 dan pagi ini berlanjut ke 95,28, pada siang ini (pukul 12:20) indeks yang menunjukkan kurs dolar AS terhadap enam mitra dagang utamanya itu surut menjadi 95,182.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor