Wall Street Ambruk Lagi, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
14 January 2022 08:55
A woman walks past an electronic board showing Hong Kong share index outside a local bank in Hong Kong, Monday, April 1, 2019. Shares have surged in Asia following a bullish Friday on Wall Street, where the benchmark S & P 500 logged its biggest quarterly gain in nearly a decade. (AP Photo/Vincent Yu)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka cenderung melemah pada perdagangan Jumat (14/1/2022), di tengah kembali terkoreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS).

Hanya indeks Straits Times (STI) Singapura yang dibuka di zona penguatan pada perdagangan hari ini, yakni menguat 0,24%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona pelemahan pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,56%, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,11%, Shanghai Composite China melemah 0,41%, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,16%.

Pada hari ini, beberapa data ekonomi akan dirilis di kawasan Asia. Di China, data perdagangan China termasuk ekspor dan impor periode Desember 2021 akan dirilis pada pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.

Sedangkan di Korea Selatan, bank sentral Negeri Ginseng tersebut kembali menaikkan suku bunga acuannya ke posisi sebelum pandemi virus corona (Covid-19).

Pemerintah setempat berupaya untuk menahan kenaikan inflasi dan utang rumah tangga karena pembuat kebijakan global bergerak untuk mengakhiri kebijakan ultra longgarnya di tengah memanasnya inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK).

Dewan kebijakan moneter Bank of Korea (BoK) menaikkan biaya pinjaman sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 1,25%, tertinggi sejak Maret 2020.

Di lain sisi, pasar saham Asia juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis kemarin waktu AS.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,49% ke level 36.113,62, S&P 500 ambles 1,42% ke 4.659,11, dan Nasdaq Composite ambruk 2,51% ke posisi 14.806,81.

Pergerakan saham terutama saham-saham teknologi di AS sangat volatil sejak awal tahun 2022. Setelah sempat menguat dalam 3 hari perdagangan terakhir, harga saham-saham teknologi kembali berguguran.

Investor cenderung cash out untuk saat ini. Lagi-lagi pergerakan harga aset keuangan masih dibayangi dengan arah kebijakan moneter the Fed yang lebih ketat ke depan.

Jika di tahun 2021 saham teknologi menjadi primadona, kini justru banyak dilego investor. Seperti yang sudah diketahui bersama, saham teknologi memang sangat sensitif di tengah siklus pengetatan yang dilakukan otoritas moneter AS.

Meskipun harga saham di bursa New York berguguran, sejatinya kinerja keuangan di kuartal IV diperkirakan bakal moncer.

Musim rilis laporan keuangan akan dimulai pada pekan ini. Emiten perbankan menjadi yang pertama dijadwalkan untuk mempublikasikan kinerja keuangannya.

Beberapa analis memperkirakan laba emiten AS di kuartal IV-2021 bisa naik 22,4%. Namun analis menilai kunci utama yang bakal menjadi penggerak pasar lebih condong pada guidance dan proyeksi di tahun 2022.

Dari rilis data ekonomi, sentimen kurang sedap yang menjadi pemberat harga aset berisiko seperti saham datang dari laporan sektor ketenagakerjaan di AS.

Data klaim tunjangan pengangguran Negeri Paman Sam untuk periode pekan lalu tercatat mencapai 230 ribu, lebih tinggi dari perkiraan pasar di angka 200 ribu dan juga lebih tinggi dari pekan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular