
Ketua The Fed Lebih Kalem, Bitcoin-Ethereum cs Bangkit Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin, Ethereum dan kripto berkapitalisasi pasar besar (big cap) berhasil berbalik arah (rebound) ke zona hijau pada perdagangan Rabu (12/1/2022) pagi waktu Indonesia, karena investor sudah bisa bernafas lebih lega setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam pernyataannya di hadapan Senat AS kemarin cenderung lebih 'kalem'.
Melansir data dari CoinMarketCap pukul 09:00 WIB, hampir seluruh kripto big cap berhasil pulih dari zona koreksi, kecuali satu kripto berjenis stablecoin yakni USD Coin.
Bitcoin menguat 1,82% ke level harga US$ 42.654,44/koin atau setara dengan Rp 609.531.948/koin (asumsi kurs hari ini Rp 14.290/US$), Ethereum melonjak 4,76% ke level US$ 3.232,63/koin atau Rp 46.194.283/koin, Binance Coin (BNB) meroket 8,48% ke US$ 461,25/koin (Rp 6.591.263/koin), dan Polkadot terbang 7,86% ke US$ 25,78/koin (Rp 368.396/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
![]() |
Bitcoin akhirnya berhasil menguat dan kini kembali diperdagangkan di kisaran level US$ 42.000, jelang rilis data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) Amerika Serikat (AS) periode Desember 2021.
Pulihnya kembali pasar kripto pada pagi hari ini terjadi setelah pasar saham AS, Wall Street juga mulai pulih setelah selama sepekan lebih mengalami koreksi.
Hal ini terjadi setelah ketua bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell meyakinkan investor bahwa The Fed akan serius memerangi inflasi yang tinggi saat ini, menandakan bank sentral paling powerful di dunia tersebut dapat mengurangi neraca pada tahun ini.
Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) juga mulai melandai, di mana yield Treasury bertenor 10 tahun ditutup di level 1,74% pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS.
Sebelumnya, bursa saham Negeri Paman Sam terus tertekan karena yield obligasi pemerintah AS meningkat. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik mendekati 1,8% dari sebelumnya di level 1,5% pada Desember 2021.
Di lain sisi, investor akan memantau rilis data inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (IHK) pada Desember tahun lalu. Ekonom memprediksi IHK AS pada Desember 2021 naik menjadi 7,1% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Dalam dua bulan terakhir, harga Bitcoin mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Beberapa trader dan investor kripto melihat Bitcoin masih mampu sebagai lindung nilai (hedging) terhadap inflasi.
Namun trader dan investor lainnya menganggap Bitcoin belum mampu dianggap sebagai aset hedging atau lebih dianggap sebagai aset berisiko seperti saham, yang tentunya sangat bereaksi terhadap kebijakan moneter yang diperketat akibat inflasi yang tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Crypto Crash! Bitcoin Cs Babak Belur, Ada Apa Ini?