Pekan Awal Tahun 2022, IHSG Berhasil Melesat Nyaris 2%

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Minggu, 09/01/2022 14:30 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan kinerja positif pada pekan pertama di tahun 2022, di mana IHSG kini berada di level psikologis 6.700.

Sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melonjak 1,82% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (7/1/2022) kemarin, IHSG pun ditutup melesat 0,72% ke level 6.701,32.

Meski masih berjarak sekitar 0,8% lagi dari level all time high (ATH) yang pernah ditorehkan pada November 2021 lalu, tetapi IHSG mampu mengakhiri pekan ini dengan torehan positif, karena dua hari perdagangan pekan ini yakni Rabu dan Kamis, IHSG sempat berbalik arah ke zona merah.


Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 66,4 triliun. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) nyaris Rp 3 triliun, atau lebih tepatnya mencapai Rp 2,96 triliun di pasar reguler.

Meskipun IHSG terlihat positif pada pekan ini, tetapi indeks sempat terkoreksi pada perdagangan Rabu dan Kamis, karena investor merespons negatif dari potensi dipercepatnya pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kemungkinan lebih agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya di tahun ini membuat bursa saham global sempat rontok. Dimulai dari bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Rabu waktu setempat, dan disusul bursa Asia, termasuk IHSG.

Dalam rapat The Fed edisi Desember 2021, Ketua The Fed, Jerome 'Jay' Powell dan para koleganya menyebut pasar tenaga kerja sudah sangat ketat dan inflasi terus meninggi. Hal ini membuat The Fed sepertinya harus menaikkan suku bunga acuan lebih cepat.

"Para peserta rapat secara umum mencatat bahwa tidak bisa menghindari kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta rapat juga mencatat sudah saatnya mengurangi beban neraca (balance sheet) setelah kenaikan Federal Funds Rate," sebut notula itu.

Pasar pun langung bereaksi. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret 2022 mencapai 64,1%.

"Indikasi The Fed semakin khawatir dengan inflasi akan menciptakan pandangan bahwa mereka akan melakukan pengetatan kebijakan secara agresif pada 2022. Lebih hawkish dari dugaan," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Adivisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (6/1/2022).

Kenaikan suku bunga acuan membuat investor cenderung melirik ke aset berpendapatan tetap seperti obligasi pemerintah, karena imbal hasilnya (yield) akan ikut terkerek dan investor cenderung meninggalkan pasar saham.

Pada pekan ini pula, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan obligasi pemerintah Negeri Paman Sam sempat melonjak ke level 1,75%, yakni pada Kamis waktu setempat.

Namun pada perdagangan Jumat waktu AS, yield Treasury bertenor 10 tahun kembali naik dan kini berada di level 1,76%.

IHSG yang berhasil rebound pada perdagangan akhir pekan ini dan membuat indeks melesat nyaris 2% sepanjang pekan ini didorong oleh sentimen positif dari rilis data ketenagakerjaan AS pada Kamis lalu.

Data klaim tunjangan pengangguran AS untuk periode pekan lalu tercatat di angka 207.000 unit, atau lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones yang memperkirakan angka 195.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat