Kazakhstan Membara, Harga Minyak Sentuh Rekor!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 January 2022 09:03
Demo kenaikkan harga bahan bakar LPG di Almaty, Kazakhstan
Foto: Polisi anti huru hara memblokir jalan untuk menghentikan demonstran selama protes di Almaty, Kazakhstan, Rabu (5/1/2022). Demonstran yang memprotes kenaikan harga gas cair tersebut bentrok dengan polisi di kota terbesar di Kazakhstan (AP/Vladimir Tretyakov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pagi hari ini. Kisruh di Kazakhstan menjadi sentimen pengerek harga si emas hitam.

Pada Jumat (7/1/2022) pukul 08:38 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 82,45/barel. Naik 0,56% dibandingkan hari sebelumnya dan menyentuh rekor tertinggi sejak 11 November 2021.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 79,94/barel. Bertambah 0,6% dan menjadi yang tertinggi sejak 16 November 2021.

Sepertinya pasar minyak dunia merespons perkembangan di Kazakhstan. Kerusuhan massa hingga intervensi Rusia sedang menjadi perhatian dunia.

Situasi di eks wilayah Uni Soviet itu memang sedang mencekam. Rakyat melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlaku mulai awal tahun ini. Namun aksi itu meluas, bahkan sampai menduduki objek vital seperti bandara.

Melihat situasi ini, Rusia menerjunkan pasukan militer ke Kazakhstan. Tentara Rusia ikut meredam aksi demonstrasi tentu dengan represi. Menurut sejumlah saksi (termasuk polisi setempat) tentara Rusia membunuh lusinan demonstran dalam semalam.

"Pasukan perdamaian dikirim ke Kazakhstan untuk waktu yang terbatas dalam rangka menormalkan situasi," sebut keterangan tertulis Collective Security Treaty Organization (CSTO).

Halaman Selanjutnya --> Harga Minyak Langsung Naik

Namun negara-negara lain tidak melihatnya seperti itu. Uni Eropa meminta Rusia untuk menghormati kedaulatan Kazakhstan. "Intervensi Rusia mengingatkan kita kepada kenangan akan sesuatu yang seharusnya kita hindari," tegas Josep Borrell, diplomat Uni Eropa, seperti dikutip dari Al Jazeera.

AS pun ikut berkomentar. Washington menampik tudingan yang menyebut mereka ada di belakang aksi demonstrasi Kazakhstan.

"Ada klaim gila dari Rusia bahwa AS ada di belakang ini semua. Jadi saya akan gunakan kesempatan ini untuk menegaskan bahwa itu benar-benar salah. Jelas itu adalah permainan disinformasi standar dari Rusia, yang banyak kita lihat pada tahun-tahun belakangan," terang Jen Psaki, Juru Bicara Gedung Putih, juga dilansir Al Jazeera.

Ketegangan di Rusia dan bekas wilayah Uni Soviet bisa merembet ke pasar keuangan, termasuk komoditas. Sebab, Kazakhstan adalah salah satu negara produsen minyak utama dunia.

Sepanjang 1993 hingga 2021, rata-rata produksi minyak Kazakhstan adalah 1,19 juta barel/hari. Produksi sebesar itu membawa Kazakhstan menjadi anggota OPEC .

Huru-hara di Kazakhstan sangat mungkin untuk mempengaruhi produksi dan distribusi minyak. Pasokan ke pasar dunia akan berkurang sehingga harga terdorong ke atas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article China Bikin Kejutan, Harga Minyak Nanjak Hampir 2%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular