
Tekanan Masih Terbuka, Dow Jones Dibuka Berayun ke Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berayun ke zona merah pada pembukaan perdagangan Kamis (6/1/2021), di tengah berkurangnya kecemasan seputar pengetatan moneter bank sentralnya (Federal Reserve/The Fed).
Indeks Dow Jones Industrial Average cenderung flat pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) tapi selang 20 menit berbalik menjadi minus 77,45 poin (-0,21%) ke 36.329,66. Namun, S&P 500 naik 1,01 poin (+0,02%) ke 4.701,59 sedangkan Nasdaq bertambah 0,06% ke 15.100,12.
Saham energi membantu penguatan pasar di sesi awal di tengah lonjakan harga minyak mentah sebesar 3,4%. Marathon Oil menguat 2,6% di pembukaan, Occidental Petroleum melompat 3,4% sedangkan ExxonMobil lompat 1,6%.
Saham yang sensitif dengan suku bunga menguat setelah kemarin tertekan oleh kabar buruk percepatan pengetatan moneter di AS, sebagaimana tercermin dalam risalah rapat Desember bank sentral terkuat di dunia tersebut. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar naik ke 1,75%, dari posisi akhir tahun lalu di 1,51%.
Saham Bank of America menguat 1,5%, Citigroup bertambah 1,4% dan Wells Fargo tumbuh 1,3%. The Fed berencana mengurangi pembelian obligasi di pasar sekunder dan menaikkan suku bunga acuannya lebih signifikan.
"Hampir semua partisipan sepakat bahwa kemungkinan lebih tepat untuk mulai mengambil kebijakan terkait neraca keuangan setelah kenaikan pertama dalam target federal funds rate," demikian tulis risalah rapat tersebut.
Dow Jones Industrial Average kemarin melompat 1,07%, atau lebih rendah setelah menyentuh rekor tertinggi hariannya. Indeks S&P 500 ambruk 1,94% sementara Nasdaq mencetak koreksi harian terbesar sejak Februari, dengan melemah 3,34%.
"Ini adalah tahun di mana kita akan mengalami transisi dari kebijakan moneter dan fiskal yang sangat longgar menjadi kebijakan moneter dan fiskal yang kurang ekspansif. Hal itu akan mempengaruhi risiko aset-aset yang telah naik karena tingkat diskonto yang sangat rendah," tutur kepala fixed income Charles Schwab Kathy Jones, dikutip CNBC International.
Data klaim tunjangan pengangguran pekan lalu tercatat di angka 207.000 unit, atau lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones yang memperkirakan angka 195.000. Data neraca perdagangan juga akan dirilis di mana ekonom memprediksi defisit senilai US$ 81,5 miliar.
Selanjutnya pada Jumat, Departemen Tenaga Kerja akan merilis data lapangan kerja, di mana ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan pembukaan lapangan kerja baru untuk 422.000 pekerja per Desember.
Namun, data yang sama dari firma swasta ADP melaporkan bahwa pembukaan lapangan kerja bulan lalu mencapai 807.000, atau jauh lebih baik dari perkiraan pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir