IHSG Kurangi Laju Koreksi, Ditutup Turun Hanya 8 Poin
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan pada penutupan perdagangan Kamis (6/1/2021), di tengah kecemasan seputar pengetatan moneter di Amerika Serikat (AS).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.653,351 atau turun 8,948 poin (-0,13%). Pada penutupan sesi pertama, indeks acuan utama bursa nasional tersebut anjlok hingga 52,6 poin, tetapi laju koreksi berkurang pada sesi kedua.
Dibuka naik 0,19% ke 6.674,852, indeks acuan utama bursa ini hanya mampu menguat dan menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.679,851 pukul 09:00 WIB. Namun selepas itu, IHSG melemah sehingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.593,229 pukul 11:10 WIB.
Mayoritas saham tertekan sebanyak 364 unit, sedangkan 182 lain naik, dan 134 sisanya flat. Nilai perdagangan berada di level Rp 11,015 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 jutaan kali. Investor asing hari ini mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 645,22 miliar.
Saham yang mereka buru terutama adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 249,3 miliar dan Rp 475,6 miliar. Keduanya menguat masing-masing sebesar 4,36% dan 0,34% ke Rp 18.550 dan Rp 7.475/saham.
Sebaliknya, saham yang mereka jual terutama adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 43,3 miliar dan Rp 34,4 miliar. Keduanya bergerak berlawanan, di mana BUKA naik 0,43% ke Rp 472/saham, sementara ITMG drop 2,12% menjadi Rp 19.625/saham.
Dari sisi nilai transaksi, saham ARTO dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) meraja dengan total nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 881,6 miliar dan Rp 574,7 miliar, diikuti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) senilai Rp 557 miliar.
Koreksi IHSG mengikuti tren bursa utama Asia yang mayoritas melemah, di mana indeks Australia dan Nikkei Jepang memimpin koreksi dengan drop masing-masing sebesar 2,75% dan 2,63%. Hanya indeks Strat Times Singapura yang masih menguat, sebesar 0,52%.
Lagi-lagi, sentimen negatif berasal dari Amerika Serikat (AS) di mana Wall Street terjungkal pada penutupan pagi tadi setelah risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) edisi Desember 2021 mencatat peringatan Ketua The Fed Jerome Powell tentang pasar tenaga kerja yang ketat dan inflasi tinggi.
Hal tersebut memicu The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih cepat, yang bisa berpengaruh buruk bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)