Bursa Asia 'Ancur-ancuran', Nikkei Ambruk Nyaris 3%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 06/01/2022 13:29 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia terpantau melemah pada perdagangan Kamis (6/1/2022) siang waktu Indonesia. Hancurnya bursa saham di kawasan ini karena investor merespons negatif dari potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS)

Pada pukul 13:15 WIB, Indeks Nikkei Jepang ambles 2,88% ke level 28.487,869, KOSPI Korea Selatan merosot 1,24% ke posisi 2.917,22, Hang Seng Hong Kong melemah 0,4% ke 22.815,82, Shanghai Composite China turun 0,19% ke 3.588,25.

Sedangkan untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini ditutup merosot 0,79% ke level 6.609,676.


Sementara untuk indeks Straits Times Singapura terpantau menguat 0,52% ke level 3.179,91 pada siang hari ini waktu Indonesia.

Indeks Nikkei Jepang memimpin pelemahan bursa Asia pada siang hari ini waktu Indonesia, karena investor melakukan aksi ambil untung atau profit taking setelah mereka merespons negatif dari sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang semakin menunjukkan sikap hawkish.

Meskipun Nikkei ambruk hingga nyaris 3%, tetapi saham produsen kendaraan ternama di dunia yakni Toyota Motors masih menguat 0,46% ke level harga 2.350,5 yen per unitnya pada hari ini.

"Investor mengalihkan fokus mereka untuk menilai saham dari pertumbuhan dan mereka menargetkan saham besar yang masih likuid, itulah sebabnya saham Toyota masih kuat," kata Seiichi Suzuki, kepala analis pasar ekuitas di Tokai Tokyo Research Institute, dikutip dari Reuters.

Dalam rapat The Fed edisi Desember 2021, Ketua The Fed, Jerome 'Jay' Powell dan para koleganya menyebut pasar tenaga kerja sudah sangat ketat dan inflasi terus meninggi. Hal ini membat The Fed sepertinya harus menaikkan suku bunga acuan lebih cepat.

"Para peserta rapat secara umum mencatat bahwa tidak bisa menghindari kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta rapat juga mencatat sudah saatnya mengurangi beban neraca (balance sheet) setelah kenaikan Federal Funds Rate," sebut notula itu.

Pasar pun langung bereaksi. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret 2022 mencapai 64,1%.

"Indikasi The Fed semakin khawatir dengan inflasi akan menciptakan pandangan bahwa mereka akan melakukan pengetatan kebijakan secara agresif pada 2022. Lebih hawkish dari dugaan," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Adivisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Kenaikan suku bunga acuan membuat investor cenderung melirik ke aset berpendapatan tetap seperti obligasi pemerintah, karena imbal hasil atau yield akan ikut terkerek dan investor cenderung meninggalkan pasar saham.

Alhasil, tiga indeks utama di Wall Street pun ditutup ambles pada perdagangan Rabu kemarin waktu AS. Dow Jones ditutup merosot 1,07% ke level 36.407,109, S&P 500 ambles 1,94% ke 4.700,64, dan Nasdaq ambruk hingga 3,34% ke posisi 15.100,17.

Di lain sisi, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun per Kamis hari ini waktu AS terpantau cenderung naik 2,9 basis poin (bp) ke level 1,732%, dari sebelumnya pada penutupan Rabu kemarin di level 1,703%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"