
AS Kian Hawkish, IHSG Berayun ke Zona Merah di Closing Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berayun ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (5/1/2021), di tengah kecemasan seputar pengetatan moneter di Amerika Serikat (AS).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.662,034 atau turun 33,34 poin (-0,5%). Dibuka naik 0,12% ke 6.703,172, indeks acuan utama bursa ini terus melambung hingga menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.738,11.
Namun selepas itu, IHSG berbalik melemah sehingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.653,409 pada pukul 11:20 WIB. Mayoritas saham tertekan sebanyak 358 unit, sedangkan 150 lain naik, dan 163 sisanya flat.
Nilai perdagangan melesat di level Rp 18,28 triliun dengan melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 836 ribuan kali. Investor asing hari ini mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 467,92 miliar.
Saham yang mereka buru terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 216,4 miliar dan Rp 145,2 miliar. Keduanya bergerak berbeda arah di mana BBRI flat pada Rp 4.160/saham dan BBCA menguat 0,34% ke Rp 7.425/saham.
Sebaliknya, saham yang mereka jual terutama adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 41,4 miliar dan Rp 27,4 miliar. Keduanya tertekan masing-masing sebesar 3,12% dan 2,03% menjadi Rp 4.040 dan Rp 7.225/saham.
Dari sisi nilai transaksi, saham Pt Bank Jago Tbk (ARTO) dan BBRI meraja dengan total nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 462,4 miliar dan Rp 424,5 miliar, diikuti BBCA senilai Rp 314,8 miliar.
Koreksi IHSG terjadi di tengah pergerakan bursa utama Asia yang mayoritas melemah, di mana indeks Shenzhen China dan KOSPI Korea Selatan memimpin koreksi dengan drop masing-masing sebesar 1,57% dan 1,48%.
Sentimen negatif yang membayangi pasar terutama muncul dari Amerika Serikat (AS) di mana aroma pengetatan kebijakan moneter semakin kuat sehingga membuat kinerja Wall Street cenderung tertekan.
Pasar juga memantau perkembangan seputar pandemi virus Covid-19, di mana varian terbaru virus tersebut, yakni omicron, dilaporkan bercampur dengan virus delta (menjadi delmicron) dan bahkan virus flu biasa.
Akibatnya, pelaku pasar dunia kembali waswas, terutama di tengah meningginya kasus positif harian di berbagai negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1