Salim-Grab-Traveloka Masuk, Begini Kondisi Keuangan Allo Bank
Jakarta, CNBC Indonesia - Masuknya Grup Salim, CT Corp, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Carro, Traveloka dan Growtheum Capital Partners ke PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) akan semakin memperbesar ekosistem bisnis Allo Bank ke depan.
Sebelumnya, perusahaan-perusahaan raksasa tersebut telah menyatakan akan menyerap saham baru dalam aksi korporasi penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) senilai Rp 4,80 triliun, di mana Mega Corpora selaku pemegang saham mayoritas (90%) dan pengendali mengatakan hanya akan menyerap 30% dari total kewajiban.
Lalu bagaimana dengan kinerja keuangan emiten perbankan digital yang dikendalikan oleh PT Mega Corpora milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, sehingga banyak investor strategis tertarik untuk masuk?
Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan bunga dan laba bersih pada kuartal III tahun ini.
Laba bersih Allo Bank tercatat meningkat 77,16% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 85,73 miliar, dari laba bersih periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 48,39 miliar.
Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 98,56% secara yoy dari Rp 123,76 miliar pada 30 September 2020 menjadi Rp 245,73 miliar pada akhir September 2021.
Secara lebih rinci, pendapatan bunga disumbang oleh pendapatan dari efek-efek senilai Rp 124,46 miliar, pendapatan dari kredit yang diberikan sebesar Rp 119,25 miliar, penempatan pada Bank Indonesia Rp 1,95 miliar, dan sisanya penempatan pada bank lain senilai Rp 70,14 juta.
Seiring dengan kenaikan pendapatan bunga, beban bunga juga meningkat 30,68% secara tahunan menjadi Rp 114,17 miliar pada akhir kuartal III 2021.
Sejurus dengan itu, pendapatan bunga bersih Allo Bank juga tercatat tumbuh 261,55% secara yoy dari Rp 36,39 miliar pada kuartal III 2020 menjadi Rp 131,56 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Per triwulan ketiga tahun ini, rasio non performing loan (NPL) terhadap total kredit bersih bank mengecil menjadi 1,74% dari posisi akhir Desember 2020 sebesar 1,75%.
Kemudian, Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tercatat turun menjadi 66,27% pada 30 September 2021, dari posisi akhir tahun lalu 82,23%.
Total aset perusahaan per kuartal III 2021 meningkat 166,70% menjadi Rp 6,90 triliun.
Menurut penjelasan manajemen, kenaikan total aset tersebut disebabkan oleh peningkatan efek-efek pemerintah sebesar Rp 3,32 triliun (355,17%), peningkatan kredit sebesar Rp 789 miliar (63,24%), dan peningkatan penempatan pada Bank Indonesia Rp 93 miliar (246,75%).
Adapun total liabilitas atau kewajiban Allo Bank meningkat 150,56% secara tahunan menjadi Rp 5,61 triliun per 30 September 2021. Kenaikan ini disumbang oleh peningkatan efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali sebesar Rp 3,37 triliun (150,56%) dan peningkatan simpanan nasabah sebesar Rp 742 miliar (50,55%).
Sementara, total ekuitas perusahaan naik 270,85% menjadi Rp 1,29 triliun per akhir kuartal ketiga tahun ini.
(fsd/vap)