Perdagangan Terakhir di 2021, Investor Cenderung Pilih Aman

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
31 December 2021 18:25
Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (31/12/2021), di mana investor memilih memburu obligasi pemerintah di hari terakhir pada tahun 2021.

Mayoritas investor ramai memburu SBN acuan pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di sebagian besar tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 1 dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun naik 9,8 basis poin (bp) ke level 3,176%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun menguat 1,4 bp ke level 7,22%. Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali turun sebesar 0,8 bp ke level 6,368%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor memanfaatkan perdagangan terakhir di tahun 2021 dengan memburu SBN pada hari ini, karena pasar saham dalam negeri pada tahun 2021 sudah berakhir pada Kamis kemarin.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (Treasury) cenderung turun tipis pada pagi hari ini waktu AS. Namun, yield Treasury bertenor 10 tahun bertahan di kisaran level 1,5% pada perdagangan terakhir di tahun 2021.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun cenderung turun tipis 0,1 bp ke level 1,514%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis di level 1,515%.

Investor cenderung mengabaikan sentimen positif dari kembali rendahnya klaim pengangguran AS pada pekan lalu. Pada Kamis kemarin, data klaim tunjangan pengangguran mingguan yang berakhir 25 Desember sebanyak 198.000 orang, lebih rendah dari perkiraan Dow Jones sebesar 205.000 orang.

Angka klaim tersebut menjadi yang terendah dalam 50 tahun terakhir, dan menunjukkan pasar tenaga kerja yang terus menguat.

"Klaim awal tunjangan pengangguran sangat rendah. Permintaan pekerja sangat kuat dan ada kekurangan tenaga kerja sehingga dunia usaha tidak memberhentikan karyawan. Orang yang menganggur kini bisa memperoleh pekerjaan," tulis Gus Faucher, kepala ekonomi di PNC Financial, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sementara itu, investor di AS terus mencermati potensi ancaman Covid-19 varian Omicron terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Kasus Covid-19 di AS telah mencapai tingkat tertingginya dalam beberapa hari terakhir, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins. Kasus baru harian nasional berada pada rekor rata-rata tujuh hari lebih dari 265.000 kasus per Selasa lalu.

Penasihat medis utama Gedung Putih, yakni dr. Anthony Fauci pada Rabu lalu memperkirakan bahwa gelombang terbaru pandemi virus corona dapat mencapai puncaknya di AS pada akhir Januari 2022. Namun, beberapa perkembangan positif varian Omicron telah memantapkan sentimen investor pada pekan terakhir di tahun 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular