Tahun Baru Tinggal Sehari Lagi, Harga SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 December 2021 18:39
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (30/12/2021), di mana investor cenderung melepas SBN pada hari ini jelang pergantian tahun.

Investor cenderung melepas SBN acuan pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 25 tahun yang cenderung stagnan di level 7,206%.

Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 1,4 basis poin (bp) ke level 6,376%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor cenderung mengambil posisi cash out pada hari ini jelang tahun baru 2022 yang hanya tinggal sehari saja. Tak hanya di pasar obligasi pemerintah RI saja, di pasar saham juga terjadi hal yang sama.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (Treasury) cenderung melemah pada pagi hari ini waktu AS, karena investor di Negara Adidaya tersebut terus memantau perkembangan terbaru dari virus corona (Covid-19) varian Omicron.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun cenderung turun 1,2 bp ke level 1,531%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu di level 1,543%.

Kabar baik seputaran varian Omicron terus menghampiri pasar keuangan global, di mana kabar terbaru datang dari Inggris, yakni pernyataan dari profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris, yang menyatakan bahwa pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.

Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasien di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.

"Jumlah orang yang sakit parah dan meninggal akbat Covid-19 secara mendasar tidak mengalami perubahan sejak kita divaksinasi dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diingat," kata Bell kepada BBC sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (29/12/2021).

"Adegan horor yang kita lihat setahun lalu, ruang ICU penuh, banyak orang meninggal sebelum waktunya, dalam pandangan saya itu sekarang sudah menjadi sejarah dan kita harus meyakini hal ini akan terus berlanjut," tambah Bell.

Sementara itu di AS, lebih dari 4,5 juta kasus Covid-19 tercatat pada bulan ini, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. Angka itu jauh di atas penghitungan November yang mencapai 2,54 juta kasus. Rata-rata kasus tujuh hari di negara itu juga mencapai 260.133,29 kasus, lebih dari 260% lebih tinggi dari rata-rata dari 28 November.

Meskipun kembali meninggi, tetapi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS pun merekomendasikan bahwa penderita Covid-19 hanya perlu isolasi 5 hari, atau lebih singkat dari ketentuan sebelumnya yakni 10 hari. Syaratnya, mereka merupakan pasien tak bergejala.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular