Rupiah Melemah Agak Parah, Ada Apa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 December 2021 12:20
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tertahan di zona merah hingga pertengahan perdagangan Rabu (29/12). Kabar baik terkait virus corona varian Omicron masih belum mampu mengangkat kinerja bursa saham Asia hari ini, yang berarti sentimen pelaku pasar belum cukup bagus. Hal tersebut membuat dolar Amerika Serikat (AS) yang menyandang status aset aman (safe haven) lebih diuntungkan, dan rupiah melemah agak parah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,04% ke Rp 14.230/US$. Sempat berbalik menguat 0,04%, rupiah kemudian malah semakin terdepresiasi hingga 0,32% di Rp 14.270/US$ dan bertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan mengalami tekanan, terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.217,50Rp14.250,0
1 BulanRp14.226,00Rp14.282,0
2 BulanRp14.259,00Rp14.315,0
3 BulanRp14.305,00Rp14.361,0
6 BulanRp14.433,00Rp14.501,0
9 BulanRp14.579,00Rp14.644,5
1 TahunRp14.757,50Rp14.818,2
2 TahunRp15.338,00Rp15.322,5

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Kabar baik bagi pasar finansial global datang dari Afrika Selatan. Hasil studi terbaru menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.

Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.

Penelitian tersebut memberikan harapan Omicron akan menjadi akhir dari pandemi Covid-19, apalagi jika ada riset yang lebih luas juga menunjukkan hal yang sama.

Di sisi lain, pelaku pasar juga melihat kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga di bulan Maret 2022. Hal tersebut tentunya lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada bulan Juni tahun depan.

Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 50% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%.

Dolar AS tentunya akan diuntungkan dengan kenaikan suku bunga lebih cepat tersebut, tetapi rupiah juga masih cukup kuat, sehingga tidak terjadi pelemahan yang berlebihan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular