
Investor Masih Melirik SBN, Harga Mayoritas SBN Menguat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Senin (27/12/2021), di mana investor cenderung menilai dampak berlanjut dari virus corona (Covid-19) varian Omicron, meskipun kabar baik datang pada pekan lalu.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN acuan pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 3, 25, dan 30 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun naik sebesar 0,4 basis poin (bp) ke level 3,536%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun juga naik 0,4 bp ke level 7,215%, dan yield SBN berjangka waktu 30 tahun naik tipis 0,1 bp ke level 6,819%.
Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali turun 2,5 bp ke level 6,347% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor kembali memfokuskan perhatiannya terkait Covid-19 varian Omicron, setelah pada pekan lalu mereka mengabaikan katalis positif dari varian tersebut.
Di Asia, yakni di China, pemerintah setempat melaporkan kenaikan harian tertinggi kasus Covid-19 dari transmisi lokal, di mana kasus Covid-19 naik dua kali lipat di kota barat laut Xi'an. China juga telah memberlakukan kembali pembatasan wilayah (lockdown), di mana hari ini merupakan hari kelima.
Hal ini membuat pasar saham Asia kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini, sehingga pelaku pasar cenderung beralih ke aset safe haven seperti obligasi pemerintah.
Meskipun ada kabar kurang menggembirakan di Asia, tetapi di pasar saham dalam negeri masih terpantau menguat pada perdagangan hari ini. Alhasil, sikap pelaku pasar di dalam negeri cenderung beragam.
Sementara itu di Amerika Serikat (AS), pasar keuangan termasuk pasar obligasi pemerintah kembali dibuka pada hari ini, setelah pada Jumat pekan lalu tidak dibuka karena adanya libur Natal tahun 2021, di mana yield obligasi pemerintah AS (Treasury) pada pagi hari ini waktu setempat cenderung melemah.
Berdasarkan data dari CNBC International, yield Treasury acuan dengan tenor 10 tahun cenderung turun 1,2 bp ke level 1,481%, dari sebelumnya pada Kamis pekan lalu di level 1,493%. Sementara itu, yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga turun 2,7 bp ke level 1,88%, dari sebelumnya di level 1,907%.
Pakar penyakit menular AS, dr. Anthony Fauci mengatakan pada Minggu kemarin bahwa kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam kemungkinan akan terus melonjak, karena varian Omicron menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
"Setiap hari naik dan turun. Rata-rata mingguan terakhir adalah sekitar 150.000 dan kemungkinan akan jauh lebih tinggi," kata Fauci. Pemerintah AS melaporkan lebih dari 52 juta total kasus, di mana pendorong lonjakan Covid-19 di AS adalah varian omicron, yang mengambil alih sebagai strain dominan dari awal bulan ini.
Padahal pada pekan lalu, investor merespons positif sebuah studi dari Afrika Selatan, yang menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi varian Omicron memiliki kemungkinan 80% lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit daripada mereka yang tertular jenis lain. Di tempat lain, studi dari Skotlandia dan Inggris mendukung temuan Afrika Selatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi