
Ini Penyebab Lima Saham Ini Diobral Selama Sepekan

Jakarta CNBC Indonesia - Di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ini sebesar 0,59% ke 6.562,9, lima saham ini mengalami koreksi besar-besaran dan masuk di daftar pencetak rugi terparah (top losers).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dua dari lima saham yang mencetak koreksi terbesar pekan ini bergerak di sektor keuangan dan investasi, yakni PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (TIFA) dan PT KDB Tifa Finance Tbk.
Tiga lainnya bergerak di sektor siklikal yang dipengaruhi pemulihan ekonomi yakni emiten pengolahan perhotelan PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (SNLK), emiten penyedia gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), dan emiten pengangkutan laut PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY).
Koreksi terbesar menimpa saham SNLK yang saat ini tengah diborong oleh salah satu pemegang saham utama non-pengendali yakni Unilink Ventures Inc. Pada Senin lalu, mereka membeli 2,99% saham SNLK di pasar sehingga kepemilikan sahamnya meningkat menjadi 34,4%.
Pembelian tersebut dilakukan di harga premium, yakni sebesar Rp 1.700/unit, atau 7,6% dari harga pasar yang saat itu di level Rp 1.580/saham. Itu merupakan pembelian yang kedua kali setelah sebelumnya perseroan melakukan pembelian pada 15 Desember di harga Rp 1.875/unit.
Unilink adalah perusahaan cangkang yang berbasis di British Virgin Island. Pembelian di harga premium itu dilakukan setelah pemegang saham lain yakni Dewi Kusuma melakukan hal yang sama tetapi di harga diskon, yakni pada Rp 1.075/saham dari harga pasar saat itu Rp 1.955/unit.
Adapun saham TIFA terkoreksi setelah perseroan menggelar paparan publik pada Senin kemarin, di mana industri pengolahan diketahui menyumbang 29% pendapatan perseroan diikuti konstruksi sebesar 23%. Kedua sektor tersebut masih tertekan oleh pandemi, sehingga pendapatan perseroan per September anjlok 31% ke Rp 82,65 miliar.
Saham GMF terkoreksi setelah perseroan mencatatkan saham hasil konversi usai penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada Jumat kemarin. Rights issue memang dikenal sebagai sentimen negatif karena menggerus pemegang saham sekarang.
Di sisi lain, saham SBMA melemah selama sepekan ini, setelah sempat melesat pada September setelah mencatatkan saham perdana. Kenaikan saham tersebut terjadi di tengah lonjakan permintaan tabung oksigen. Namun kini dengan pandemi diprediksi kian usai, saham SBMA pun didera aksi ambil untung.
Sementara itu, saham NELY tertekan seperempat lebih setelah melesat pada perdagangan sepekan lalu, tanpa ada alasan fundamental. Perseroan telah mengumumkan tidak ada rencana aksi korporasi yang akan dijalankan dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Deretan Saham Top Gainers & Loser Pekan Ini