Investor Masih Memburu SBN, Harga SBN Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
25 December 2021 15:09
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (24/12/2021), di mana investor kembali mengabaikan kabar positif seputar virus corona (Covid-19) varian Omicron.

Mayoritas investor masih ramai memburu SBN acuan pada hari ini, ditandai dengan menurunnya imbal hasil (yield) di tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 1, 5, dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun menguat signifikan sebesar 15,4 basis poin (bp) ke level 3,474%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun naik 2,4 bp ke level 4,852%, dan yield SBN berjangka waktu 25 tahun naik tipis 0,1 bp ke level 7,211%.

Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali turun 1,7 bp ke level 6,372% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor kembali mengabaikan sentimen dari perkembangan terbaru Covid-19 varian Omicron, di mana kabar positif terus hadir di pasar keuangan global.

Kabar positif pertama datang dari datang dari Afrika Selatan (Afsel), di mana penderita Omicron memiliki peluang 80% bergejala ringan sehingga tidak harus 'mondok' ke rumah sakit.

Selain di Afsel, penelitian serupa yakni di Universitas Edinburg, Inggris menunjukkan bahwa pasien rawat inap akibat Omicron ternyata 68% lebih rendah dari kasus varian Delta.

Investor juga masih merespons positif dari penyetujuan obat Covid-19 buatan Pfizer oleh Balai Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat (AS).

Rabu lalu, FDA telah menyetujui peredaran obat Covid-19 besutan Pfizer. Studi menunjukkan bahwa obat berbentuk pil tersebut memiliki efektivitas hingga 89% untuk meringankan gejala Covid sehingga penderita tak perlu 'mondok' di rumah sakit. Lalu pada Kamis kemarin, izin serupa diterbitkan bagi Merck.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), pasar keuangan termasuk pasar obligasi pemerintah pada Jumat waktu AS tidak dibuka karena sedang libur panjang memperingati Natal tahun 2021.

Pada penutupan perdagangan kemarin, yield surat utang pemerintah AS (Treasury) ditutup menguat, di mana pada Treasury bertenor 10 tahun, yield-nya menguat 4 bp ke level 1,498%. Sedangkan di Treasury berjatuh tempo 30 tahun, yield-nya menguat 5,4 bp ke level 1,911%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular